Jejak Mbah Ahmad Mutamakkin, Peletak Dasar Keilmuan, Pesantren, dan Pemberdayaan Masyarakat di Kajen
NU Online · Jumat, 4 Juli 2025 | 20:00 WIB
Ahmad Solkan
Kontributor
Pati, NU Online
Hari-hari awal Muharram atau Asyuro seperti saat ini, masyarakat Kajen Margoyoso Pati dan sekitarnya memeringati Haul Mbah Ahmad Mutamakkin. Mbah Mutamakkin merupakan seorang ulama yang berperan besar secara historis dalam menyebarkan peradaban Islam di Kajen dan sekitarnya.
Mbah Mutamakkin dikenal masyarakat sebagai waliyullah yang punya berbagai karomah dan peran besar dalam menyebarkan Islam. Namun, ternyata juga punya peran besar dalam membentuk cikal bakal keilmuan Islam, pesantren dan pemberdayaan masyarakat di Kajen secara khusus dan Pati secara umum.
Ketua Pemandu Museum Mbah Ahmad Mutamakkin Kajen Zuli Rizal menjelaskan bahwa secara nasab, silsilah Mbah Mutamakkin masih bersambung dengan Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Ia juga punya trah keilmuan karena keturunan dari Sumohadinegoro atau Pangeran Benowo 2, putra dari Sumohadiningrat atau Pangeran Benowo 1, yang merupakan putra dari Sultan Hadiwijaya.
"Jadi secara historis beliau memang sudah dibesarkan dari keluarga yang berilmu yang punya iklim dan secara turun temurun membawa marwah dari tokoh-tokoh besar itu," ujarnya saat diwawancara NU Online pada Kamis (3/7/2025).
Ia menambahkan, Mbah Ahmad Mutamakkin punya sejarah keilmuan dari mulai diasuh ayahnya dan berkelana ke ulama-ulama pesisir Jawa seperti Sarang sampai Banten hingga berguru ke Syekh Abdurrouf As-Singkili Aceh. Bahkan, Mbah Mutamakkin sempat mencari ilmu hingga ke Timur Tengah dan Persia.
Sampai akhirnya ia terdampar di Pantai Cebolek dan memilih mengembangkan Islam di Kajen bersama mertuanya Mbah Syamsuddin.
"Mbah Ahmad Mutamakkin ini berdakwah di Kajen dan mendirikan masjid bersama Mbah Syamsuddin. Dari sinilah Mbah Mutamakkin mengajarkan ilmu-ilmu dan banyak dari para santri mulai berdatangan," terangnya.
Perlu diketahui, kata Zuli, Mbah Mutamakkin punya dakwah kultural yang unik. Mbah Mutamakkin memakai media-media budaya dalam dakwahnya, misalnya menyisipkan cerita-cerita tentang Dewaruci. "Dan medianya pernah saya dengar menggunakan wayang suket," kisahnya.
Lewat dakwah kultural ini, Mbah Mutamakkin mendapatkan hati dari masyarakat lokal. Waktu itu, ia juga sempat disorot ulama-ulama keraton karena dakwahnya tersebut bisa memicu pemberontakan. Karena semakin hari, pengikut Mbah Mutamakkin semakin banyak. "Sehingga terjadi sidang di Kartasura waktu itu, Mbah Mutamakkin dipanggil," jelasnya.
"Tapi terlepas dari itu, kita lihat pendekatan Mbah Mutamakkin ini secara kultural, beliau mendekati budaya masyarakat sekitar. Beliau juga mendirikan masjid, membangun fasilitas. Bahkan saya dengar Mbah Mutamakkin ahli di bidang irigasi," paparnya.
Ia memberikan bukti bahwa Mbah Mutamakkin sangat ahli dalam mendidik generasi penerusnya, di antaranya Mbah Ronggo Kusumo dan Mbah Mizan yang makamnya berada di Ngemplak Kidul dan Margotuhu. "Beliau ulama pengader dan visioner," tuturnya.
Dampak positif yang diwariskan Mbah Mutamakkin terasa sejak beberapa abad lalu hingga kini. Saat ini, Desa Kajen menjadi ramai dan banyak pedagang yang menjajakan barang dagangannya.
Guru Perguruan Islam Matholi'ul Falah (PIM) Kajen Pati ini menegaskan, kemampuan ekonomi orang-orang Kajen saat ini bisa meningkat dengan menjadi pedagang. Hal ini salah satunya disebabkan karena banyak dan silih bergantinya peziarah ke makam Mbah Mutamakkin Kajen.
Ia memberikan contoh bahwa Mbah Mutamakkin pengader ulung. Mulai dari keponakan-keponakannya seperti Mbah Ronggo Kusumo dan Mbah Mizan, hingga anak-anaknya seperti Mbah Hendrokusumo, Nyai Alfiyah atau Nyai Godheg dan Mbah Bagus dikadernya menjadi waliyullah dan punya keahlian di bidang masing-masing.
"Dari putra-putrinya itu melahirkan ulama-ulama yang akhirnya berperan dan mempunyai kontribusi dan berdampak di masyarakat. Contohnya seperti Mbah Sahal Mahfudz Rais 'Aam PBNU, Gus Baha, KH Said Aqil Siroj, Bu Badriah Fayumi dan tokoh-tokoh nasional yang punya dampak pada sekitarnya dan luar biasa," papar Zuli.
"(Generasi penerusnya) Juga mendirikan sarana kesehatan dan pendidikan dan lain sebagainya. Itu masih keturunan-keturunan Mbah Mutamakkin," tambahnya.
Sebagai generasi penerus, Zuli mengatakan, pihaknya tentu mempunyai peran untuk melanjutkan estafet perjuangan Mbah Mutamakkin khususnya di bidang keilmuan. Ini merupakan tujuan Mbah Mutamakkin agar Islam semakin tersebar dan Kajen menjadi daerah terang benderang karena keilmuannya.
"Dan ini membuat santri-santri untuk menjadi penyebar cahaya di daerahnya masing-masing. Saya harap Kajen menjadi pencetak kader pemimpin di daerah masing-masing, baik ilmu agama maupun ilmu lain," ucapnya.
Senada, Dosen Institut Pesantren Matholi'ul Falah (IPMAFA) Pati, Jamal Ma'mur Asmani juga menjelaskan jejak historis Mbah Mutamakkin. Menurutnya, yang paling terlihat yaitu Masjid Kajen. Selain itu, ada juga pasujudan kecil yang terletak di samping makamnya.
"Tapi yang paling monumental adalah masjid. Masjid tentu tempat untuk beribadah, beri'tikaf dan mengajari para santri," ungkapnya.
Ia menambahkan, keilmuan Mbah Mutamakkin diteruskan oleh keturunannya seperti Mbah Abdussalam pendiri Perguruan Islam Matholi'ul Falah, pesantren-pesantren lain dan lembaga pendidikan di Kajen.
"Pendidikan di situ yuhrijunnasi minadzulumat, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya," ungkapnya.
Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pati ini menjelaskan, tantangan Mbah Mutamakkin dalam merintis Islam di Kajen pernah mendapat hambatan dari seorang tokoh Islam. Bahkan ia pernah dibawa ke pengadilan Amangkurat IV di Solo.
"Tetapi biidznillah dalam buku sejarah yang kita baca, raja itu berbaiat thoriqoh kepada Mbah Mutamakkin," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa Mbah Mutamakkin merupakan sosok pemberdaya masyarakat. Ia tidak hanya mengajar ngaji saja, tetapi memberdayakan masyarakat. "Baik sektor perdagangan atau pertanian," katanya.
Pria yang akrab disapa Jamal ini juga memaparkan, Mbah Mutamakkin mempunyai murid yang bernama Mbah Ronggo Kusumo yang menjadi tokoh Islam di Ngemplak Kidul.
"Yang memberdayakan masyarakat Ngemplak Kidul dan salah satu keunggulan Ngemplak Kidul ada di sektor perdagangan," ujarnya.
Murid Mbah Mutamakkin yang lain yakni Mbah Mizan dari Desa Margotuhu. Di sana Mbah Mizan tidak hanya mengajar ilmu agama tapi juga memberdayakan petani. "Soal irigasi dan lain-lain," tuturnya.
"Jadi Mbah Mutamakkin punya visi besar untuk memberdayakan masyarakat dan itu diteruskan oleh dzuriyah beliau yaitu Mbah Sahal Mahfudz yang dikenal sebagai kiai yang faqih ushuli tapi juga getol untuk memberdayakan ekonomi masyarakat," pungkasnya.
Terpopuler
1
Koordinator Aksi Demo ODOL Diringkus ke Polda Metro Jaya
2
Khutbah Jumat: Memaknai Muharram dan Fluktuasi Kehidupan
3
5 Doa Pilihan untuk Hari Asyura 10 Muharram, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
4
Khutbah Jumat: Meraih Ampunan Melalui Amal Kebaikan di Bulan Muharram
5
Inilah Niat Puasa Asyura Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
6
10 Muharram Waktu Terjadinya 7 Peristiwa Penting Para Nabi
Terkini
Lihat Semua