Tangerang Selatan, NU Online
Sampai saat ini, bangsa Indonesia tidak pernah menganut sistem kenegaraan khilafah. Hal ini dalam pandangan Ulil Abshar Abdalla yang menjadi faktor mulusnya transisi demokrasi di Indonesia.
"Transisi demokrasi berjalan cukup mulus (karena) kita tidak mewarisi memori khilafah," katanya saat menjadi narasumber pada diskusi rutin di Islam Nusantara Center (INC) Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (1/9).
Maka, lanjutnya, tak aneh jika kehadiran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengusung khilafah banyak yang menolaknya.
"Ketika HTI hadir dengan sendirinya tertolak," ujarnya.
Gus Ulil juga menjelaskan bahwa fiqih siyasah Indonesia yang tepat adalah khittah Nahdlatul Ulama. Intinya, NU tidak menganggap NKRI sebagai negara non-Islam. Tidak pula menganggapnya sebagai darul harb yang harus dimusuhi.
Lebih lanjut, menantu Gus Mus itu juga mengungkapkan bahwa warisan penting fiqih siyasah Nusantara adalah Bhinneka Tunggal Ika.
"Saya yakin (Bhinneka Tunggal Ika) masuk dalam pandangan hidup ulama Nusantara juga," tuturnya.
Sebab, jika tidak akan terjadi kesulitan dalam menerima nasionalisme. Nyatanya, hal tersebut tidak terjadi. Bahkan di Jakarta terdapat sekolah bernama Wathaniyah, nasionalisme.
"Kiai-kiai NU terima itu. Justru Soekarno dan A Hasan Bandung yang berdebat," katanya pada diskusi bertema Islam Nusantara dan Poros Studi Islam itu. (Syakir NF/Abdullah Alawi)