Daerah

Festival Bubur Suro Pekalongan, Ribuan Warga Ikut Menikmatinya Gratis

Rab, 11 September 2019 | 15:30 WIB

Festival Bubur Suro Pekalongan, Ribuan Warga Ikut Menikmatinya Gratis

Prosesi festival 'Bor Suro' di Pekalongan. (Foto: sigijateng.id)

Pekalongan, NU Online
Suasana Jalan Jlamprang, Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah pada 10 Muharram 1441 Hijriyah ramai sekali. Ribuan orang dari Pekalongan dan sekitarnya memadati sepanjang jalan itu sejak Senin (9/9) sore hingga malam.
 
Kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Jalan Jlamprang (Kujajal) bersama Pemkot Pekalongan ini mengusung tema Bumbu-Bumbu Persatuan sebagai ajang memperkenalkan kuliner tradisional Krapyak melalui festival.
 
Dalam kegiatan ini, 2.000 porsi Bubur Suro dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Acara tersebut sekaligus menjadi momentum untuk membangun tali silaturahim dan mengembangkan potensi, kreativitas, dan budaya di daerah Krapyak.
 
Acara ini dimeriahkan pula dengan kirab budaya serta dan pertunjukan kesenian gamelan oleh Cahyo Kedaton. Ada pula diskusi kuliner yang dipandu oleh Ahmad Ilyas, dengan narasumber dari Komunitas Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) serta salah satu pakar kuliner Indonesia, Chef Siska Soewitomo. Siang hari sebelumnya, digelar pula lomba menggambar dan donor darah massal di lokasi.
 
Wakil Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, yang hadir dalam kegiatan ini mengatakan bahwa festival ini merupakan even kebangkitan tradisi yang sudah lama ada di daerah Krapyak dalam rangka memperingati 10 Muharram (Asyuro’) penanggalan Hijriyah. 
 
“Festival Bor Suro ini jadi even pertama yang digagas oleh generasi muda untuk membangkitkan tradisi lama. Ini menjadi aksi nyata untuk membangkitkan budaya dan tradisi terkait kuliner,” ungkap Aaf, sapaan akrab Afzan.
 
Dijelaskan, animo masyarakat untuk menyaksikan festival ini luar biasa. Bahkan, panitia sempat kewalahan. Ia berpesan, melalui Bubur Suro ini generasi sekarang dapat mengenal kuliner lama agar tidak hilang ke depannya.
 
“Festival Bor Suro yang jadi pergerakan pemuda ini harus orang tua dukung. Semoga ke depannya semakin sadar untuk menjaga tradisi dan budaya,” terang Afzan.
 
Warisan Nenek Moyang
Pakar Kuliner Chef Indonesia, Siska Soewitomo, mengaku sangat terkesan dengan penyelenggaraan Festival Bor Suro di Kelurahan Krapyak ini. Sebuah daerah memperingati bulan Suro (Muharram) dengan menampilkan bubur yang kita kenal sejak dulu yang dibuat oleh nenek moyang kita. 
 
“Ini sangat istimewa. Saya sempat berkunjung ke rumah ibu-ibu yang membuat bubur suro. Mereka dengan senang hati membuatnya dengan perasaan happy,” ungkapnya.
 
Disampaikan Siska bahwa bubur dibuat, dikemas, dan disajikan dalam bentuk yang cantik. Dari segi penyajiannya misalnya perkedel itu harus bulat, warga membuatnya bulat penuh, kemudian bubur dari nasi dan santan yang pas.
 
Bubur Suro ini sendiri terbuat dari beras dengan ditambah berbagai bumbu, rempah, jinten, kacang hijau, santan, dan dihiasai dengan irisan mentimun, telur ayam, dan sebagainya.
 
“Menariknya lagi, masyarakat memasak bubur dengan cinta, rasa bubur yang gurih dipadu dengan aneka lauknya sangat lezat dinikmati bersama. Untuk anak kecilpun bisa menyantap ini tanpa lauk. Tradisi atau Festival Bor Suro ini harus terus dilestarikan ke depannya,” harap Siska. 
 
Jika di Kelurahan Krapyak ada festival Bor Suro, di beberapa tempat lainnya di Kota Pekalongan yakni Pengurus Ranting NU, sekolah, madrasah TK/RA, PAUD di lingkungan NU pada 10 Muharram juga berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yatim piatu dengan memberikan uang tunai dan bingkisan.
 
Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan, KH Kasiman Mahmud Desky kepada NU Online, Rabu (11/9) mengaku bangga tradisi bersedekah masih terus berjalan di Kota Pekalongan, termasuk festival 'Bor Suro' yang berlangsung di Krapyak. Hal ini menunjukkan bahwa budaya yang dilakukan para pendahulu sesuatu hal yang baik dan mentradisi, sehingga perlu dilestarikan.
 
“Apa yang telah dilakukan masyarakat Krapyak dan warga NU berbagi kebahagiaan kepada anak-anak yatim piatu pada 10 Muharram merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan. Dan itu hal yang sangat baik,” ujar H Kasiman yang juga Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pekalongan.
 
Pewarta: Abdul Muis
Editor: Musthofa Asrori