Daerah

Cara Gusdurian Banten Peringati Hari Toleransi Internasional

Sen, 18 November 2019 | 15:44 WIB

Cara Gusdurian Banten Peringati Hari Toleransi Internasional

Gusdurian Banten. (Foto: NU Online/Rahman Ahdori)

Serang, NU Online
Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada Sabtu (16/11) kemarin menjadi momentum yang tidak boleh dilupakan oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang mengusung arus persatuan dan kesatuan sudah saatnya mengimplementasikan hari toleransi internasional atau International Day for Tolerance tersebut sebagai modal merawat kebinekaan yang dinilai mulai memudar akibat banyaknya peristiwa intoleransi di beberapa daerah tidak terkecuali di Banten. 

Untuk menggali makna toleransi Gusdurian Banten bersama Forum Pemuda Lintas Agama (FKPLA) menggelar kegiatan Diskusi Publik di Mindset Cafe, Kota Serang, Banten, Ahad (17/11) malam. Bagi Gusdurian, toleransi  yaitu berpikir lentur dalam berbagai persoalan serta tegas dalam pengamalan norma-norma yang berlaku. 

Panitia kegiatan yang juga tokoh pemudi Buddhis Banten Maya Sari Putri mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir di Banten telah terjadi intoleransi di masyarakat. Untuk itu dalam menggapai maraknya intoleransi tersebut sudah saatnya masyarakat atau umat beragama menahan diri sehingga persatan dan kesatuan tetap tercipta. 

“Semua umat tentu menginginkan toleransi tercipta di Indonesia tidak terkecuali di Banten,” ujarnya saat diminta tanggapan atas kegiatan diskusi yang digelarnya itu. 

Koordinator GusDurian Banten Taufik Hidayat menuturkan intoleransi yang muncul di masyarakat diawali dengan narasi-narasi negatif di media sosial. Narasi yang memojokkan agama dan golongan tertentu kata dia berpengaruh terhadap umat beragama. 

“Kami menemukan banyak narasi-narasi yang menjelekkan agama dan golongan tertentu. Hal ini tidak baik untuk iklim kehidupan berbangsa dan bernegara kita,” katanya.

Ia menjelaskan, setiap warga negara Indonesia dibebaskan memilih agama berdasarkan keyakinannya masing-masing. Tidak boleh ada lagi pihak-pihak tertentu yang memandang salah satu agama buruk. Paling penting, semua umat beragama menjalankan ketentuan seperti yang diajarkan oleh ajaran agama masing-masing tanpa saling menjelekan. 

“Kita kan sudah sepakat bahwa Pancasila sebagai asas negara kita, maka masyarakat tidak boleh tabu terhadap agama-agama lain yang juga berkembang di Indonesia,” katanya. 

Seperti diketahui, Hari Toleransi Sedunia ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1996 silam. Dengan harapan memperkuat toleransi serta meningkatkan rasa saling pengertian antar budaya dan bangsa.

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Fathoni Ahmad