Nasional

Peneliti Wahid Foundation: Intoleransi Bermuara dari Ketidaksukaan

Rab, 13 November 2019 | 13:30 WIB

Peneliti Wahid Foundation: Intoleransi Bermuara dari Ketidaksukaan

Peneliti senior Wahid Foundation, Alamsyah M Djafar. (Foto: NU Online/Wahid Foundation)

Jakarta, NU Online

Peneliti senior  Wahid Foundation, Alamsyah M Djafar mengatakan bahwa semangat intoleransi melatar belakangi perlaku kekerasan dari satu kelompok orang pada kelompok lain, baik secara fisik maupun verbal.

 

Menurutnya, sikap intoleran pada umumnya dilatarbelakangi oleh perasaan ‘tidak suka’. Biasanya karena intoleransi itu lahir dari rasa ketidaksukaan seseorang terhadap sesuatu atau orang lain, maka sebenarnya dia ini telah menolak hak-hak dasar orang lain yang dijamin oleh konstitusi.

 

“Lalu kalau kemudian dari intoleransi dia mendukung kekerasan, itu sudah bentuk radikal. Karena radikalisme yang biasa kita pahami adalah dukungan terhadap kekerasan,” ujar Alamsyah, di Jakarta, Rabu (13/11).

 

Walau begitu, tidak setiap kelompok yang berbeda atau eksklusif termasuk dalam kelompok yang memiliki paham intoleran. Menurutnya, terdapat beberapa ciri yang menunjukkan seseorang atau sebuah kelompok memiliki paham intoleran.

 

“Jadi ciri-cirinya kalau orang tersebut tidak mau menghargai hak-hak dasar kelompok yang dia tidak suka. Lalu biasanya intoleransi itu terjadi kalau mereka merasa dirinya terancam, itu salah satu indikatornya,” jelasnya .

 

Teori itu menjelaskan merebaknya isu pekerja Tiongkok atau Barat. Karena kelompok-kelompok ini merasa bahwa Tiongkok sebagai suatu etnis atau suatu negara yang mengancam mereka sebagai umat Islam, baik dari ekonomi maupun dari ideologi.

 

Ia melanjutkan, intoleransi bisa muncul bukan semata-mata karena perbedaan, tetapi karena adanya politisasi kebencian. Politisasi kebencian ini bisa berasal dari berbagai ketidaksukaan, termasuk agama, suku atau perbedaan lain. Oleh karenanya, lanjut Alamsyah, salah satu strategi untuk mengurangi intoleransi adalah dengan mengurangi politisasi kebencian.

 

Dalam surveinya tahun 2017, Wahid Foundation mengungkapkan adanya beberapa kelompok yang paling tidak disukai. Secara berututan kelompok-kelompok yang paling tidak disukai adalah: Komunis 21.9 persen, LGBT 17.8 persen, Yahudi 7.1 persen, Kristen 3.0 persen, Ateis 2.5 persen, Syiah 1.2 persen, Cina 0.7 persen, Wahabi 0.6 persen, Katolik 0.5 persen dan Budha 0.5 persen.

 

Survei yang sama juga mengungkap bahwa potensi intoleransi pada kelompok yang tidak disukai tersebut cukup tinggi. Sebanyak 57.1 persen dari responden memilih bersikap intoleran pada kelompok tersebut dalam bentuk enggan menjadi tetangga, menolak anggota kelompok mengajar di sekolah negeri dan menolak anggota kelompok tersebut menjadi pejabat pemerintah. Sementara sebagian lain yang bersikap netral sebanyak 42 persen dan bersikap toleran 0.8 persen.

 

Pewarta: Ahmad Rozali

Editor: Aryudi AR