Balitbang Kemenag

Ritual Ibadah Haji di Jawa Barat dan Banten

Selasa, 30 Oktober 2018 | 04:30 WIB

Ritual Ibadah Haji di Jawa Barat dan Banten

Tradisi gentong haji di Cirebon (foto: beritagar)

Penelitian Balitbang Diklat Kemenag tentang ritual ibadah haji juga menyasar masyarakat di Jawa Barat dan Banten. Penelitian yang dilakukan tahun 2017 ini menemukan, untuk sampai pada tahap mampu melaksanakan ibadah haji, masyarakat Jawa Barat mem-punyai tradisi haji yang dilaksanakan sebelum, sedang dan sesudah melaksanakan ibadah haji.

Pada saat sebelum berangkat, calon jamaah haji dari Jawa Barat menjelang keberangkatannya ke tanah suci adalah mengadakan acara Walimatus Safar, melakukan ziarah kubur, memberikan 'uang saku' atau 'uang sedekah', ritual mandi ruqyah atau mandi daun bidara banyak dilakukan oleh calon jamaah haji khususnya di wilayah Cirebon dan Indramayu; tradisi wewalat di wilayah Kabupaten Karawang, di mana calon jamaah membawa kain kafan.

Untuk melepaskan seorang calon jamaah haji melakukan tradisi talkin haji, tradisi surak, memayungi jamaah haji, mengumandangkan suara azan, pembacaan tawasul di Kabupaten Cirebon, melepaskan burung merpati di wilayah Kabupaten Indramayu, berjalan kaki melewati makam Ki Raja Pandita di Kabupaten Cirebon. Selain itu melangkahkan kaki sambil membaca doa dan ayat-ayat Al-Qur'an di Kabupaten Karawang, tradisi nyorog di Kabupaten Indramayu dan mengantarkan para calon jamaah haji ke kabupaten.
 
Kemudian pada saat keberangkatan calon jamaah haji ada pelaksanaan tradisi gentongan atau gentong haji, pembacaan ratiban atau tahlilan. Dan pada saat kepulangan jamaah haji masih terdapat tradisi menyambut kedatangan jamaah haji dengan membentangkan kain dari jalan menuju ke rumah jamaah haji seperti di Indramayu dan Cirebon.

Seperti halnya wilayah lain, tiap prosesi dalam tradisi sarat makna. Walimatul safar misalnya, selain sebagai ungkapan rasa syukur, juga menjadi wahana silaturami calon jamaah denga handai tolan dan masyarakat setempat. Dalam pertemuan ter-sebut yang juga dilengkapi jamuan, sebelum seluruh tamu meninggalkan tempat pertemuan, calon jamaah berdiri di depan pintu untuk mendapatkan sela-mat dan salam perpisahan, sam-bil saling berikrar untuk minta maaf. 

Kemudian ritual mandi ruqyah dimaksudkan untuk membersihkan diri lahir dan batin. Ada keyakinan masyarakat Indramayu, bahwa sesungguhnya setiap manusia memiliki sisi batin dan hawa nafsu yang tidak terkendali akibat mengikuti godaan setan. Keburukan ini harus dibersihkan sebelum calon jamaah memenuhi panggilan Allah dan berdiam diri di rumah Allah yang Maha Suci. Mandi ruqyah menjadi simbol kepsrahan manusia atas segala luput dan salah yang selama ini dilakukan. Mandi ruqyah adalah sebuah ritual, karena di dalamnya dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Biaya pelaksanaan tradisi, ada yang bisa diprediksi dan ada yang tidak. Hal itu karena tidak seluruh biaya ditanggung oleh calon jamaah, tetapi menjadi beban biaya sosial budaya masyarakat setempat. Menjelang diadakan Walimatul safar, calon jamaah mendapat sumbangan darai berbagai pihak masyarakat, berupa bahan mentah untuk diolah menjadi sajian jamuan, tenaga, uang, bahan bakar, peralalatan hajat seperti kursi, tenda, tikar dan sebagainya. Sumbangan ini sifatnya bergilir, karena pada saatnya nanti setiap orang yang akan berangkat haji juga akan mendapat sumbangan yang sama.

Sementara itu tradisi ibadah haji masyarakat Lebak, Banten salah satunya yang ada di Desa Citorek. Mayarakat melakukan tasyakuran sama dengan acara-acara yang lain yang ada di Citorek, seperti mencari kayu bahar dan memetik buah di ladang atau di kebun, membagi undangan. Sedangkan acara Walimatu Safar dilaksanakan pada tiga hari terakhir dan selebihnya untuk tasyakuran keberangkatan karena adanya kelebihan rezki yang mereka miliki.

Makna dari proses tasyakuran adalah mereka berpendapat bahwa banyak melakukan amal perbuatan maka ibadahnya akan dimudahkan karena banyak yang mendoakan. Semakin banyak beramal semakin banyak orang yang mendoakan. Adapun biaya tasyakuran dan Walimatus Syafar bisa melebihi dari biaya dari biaya berangkat haji bahkan bisa dua kali lipat dari ongkos naik haji.

Biaya ibadah haji sendiri sekarang lebih murah bila dibandingkan dengan pada zaman tahun 1990-an. Jika biaya dahulu membutuhkan emas paling sedikit 100 gram, sekarang paling sedikit 65 gram. Masyarakat Citorek memang mengkiaskan ongkos pergi haji dikurs dengan emas bukan dengan rupiah, mereka pergi haji biasanya menjual tabungan emas mereka. (Kendi Setiawan)