Nasional

Ancaman Malaria di Tengah Pandemi Covid-19

Ahad, 25 April 2021 | 12:30 WIB

Ancaman Malaria di Tengah Pandemi Covid-19

Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk  anopheles (malaria).

Jakarta, NU Online
Penyakit Malaria masih menjadi ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Saking besarnya ancaman ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 di mana malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi.

 

Dokter muda RSUD Margono Purwokerto, Rosalia Kusuma Dewi menjelaskan penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk  anopheles (malaria). Ketika nyamuk anopheles menggigit manusia maka akan mengeluarkan liur yang mengandung plasmodium lalu masuk ke darah manusia dan terjadi infeksi.

 

“Kita bisa saja terkena penyakit malaria  terutama orang-orang yang pergi ke daerah endemis seperti Papua, NTT. Dan, resiko terpapar malaria lebih tinggi sehingga ketika kita datang ke wilayah tersebut perlu dibekali obat pencegahan malaria agar tidak terinfeksi. Masyarakat perlu  waspada tidak hanya terhadap Covid-19 tapi juga terhadap malaria,” ujar Dokter lulusan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto itu  saat dihubungi NU Online, Ahad (25/4).

 

Sebetulnya banyak daerah yang terpapar endemis malaria seperti Banjarnegara, Jawa Tengah. Menurut dr. Rosalia, jika ada orang yang terkena malaria maka akan menular kepada orang-orang di sekitarnya karena penularannya lewat nyamuk. Nyamuk tersebut membawa plasmodium kemudian menular kepada orang yang imunnya lemah maka orang disekitarnya  akan mudah terinfeksi.

 

Disampaikan, untuk mencegah penyakit malaria bisa dengan melakukan berbagai cara. Pertama, melakukan 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup)

 

Kedua, menjaga diri dari gigitan nyamuk dengan memakai selimut, lotion, kelambu dan menghindari tumpukkan pakaian yang menyebabkan sarang nyamuk.

 

Ketiga, menjaga imunitas. “Jika Imunitas kuat maka akan terhindar dari virus dan nyamuk karena sistem imun dalam tubuh akan menghancurkan parasite tersebut. Secara natural jika imun kuat maka parasit mati dengan sendirinya. Imun lemah akan mudah terserang penyakit apapun,” kata Dokter yang akrab disapa Sela.

 

Keempat, menghindari berkunjung ke daerah endemic.

 

Agar tidak terpapar  maka kita perlu menghindari daerah endemic seperti Papua, atau daerah lain yang banyak terpapar malaria. Jika tidak memungkinkan maka kita perlu mengikuti prosedur dengan mengonsumsi obat profilaksis malaria(prosedur kesehatan masyarakat untuk mencegah daripada mengobat penyakit) sebelum mengunjungi daerah endemis.

 

Dikatakan, penyakit malaria berbahaya jika tidak segera mendapat penanganan akan menyebabkan komplikasi seperti malaria serebral dan plasmodiumnya menginfeksi sampai ke otak dan akan menyumbat ke pembuluh darah otak sehingga otak tidak teroksigenasi hingga menyebabkan kematian.

 

Gejala malaria mirip dengan Covid-19

Dikutip dari website www.kemkes.go.id, penyebaran Covid-19 di Indonesia saat ini sudah semakin meningkat dan luas hingga ke daerah endemis malaria, terutama di bagian Timur Indonesia seperti NTT, Maluku dan Papua.

 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian penyakit Tular Vektor dan Zoonosis dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan penyakit malaria memiliki beberapa gejala yang mirip dengan Covid-19 seperti demam, sakit kepala dan nyeri otot. Sehingga, prosedur layanan malaria untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kasus malaria pada saat pandemic Covid-19 selalu mengacu pada protokol pencegahan Covid-19.

 

Eliminasi Malaria 2030

Pemerintah mentargetkan pada 2024 sebanyak 405 Kabupaten/ Kota mencapai eleminasi malaria. Periode 2020 sampai 2024 merupakan periode penting dan menentukan dalam upaya mencapai Indonesia Bebas Malaria tahun 2030.

“Dalam wilayah regional Jawa-Bali sebagian besar kabupaten/ kota telah mencapai Eleminasi Malaria,” kata dokter Nadia.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan