Workshop Islam And Civil Society Ditutup dengan Sukses
NU Online · Sabtu, 25 Desember 2004 | 03:11 WIB
Jakarta, NU Online
Setelah berlangsung selama empat hari, mulai tanggal 21 -24 Desember, workshop internasional Workshop Islam And Civil Society In The 21st Century: A Path To Transformation ditutup Jum’at malam di Hotel Shangri La.
Tujuan workshop ini sendiri adalah untuk mendiskusikan strategi, program, dan rencana untuk mengembangkan visi modern bagi masyarakat sipil dalam dunia muslim dimana saja.
<>Beberapa ilmuwan penting yang hadir adalah Dr. Vincent Cornell, Direktor of King Fard Center for Middle East & Islamic Studies University of Arkansas, Dr Husain Haqqani, Carnegie Endowment for International Peace, Dr. Hasyim Kamali, Dekan dari Internatinal Islamic University Malaysia dan lainnya.
Workshop yang diselenggarakan atas kolaborasi antara World Organizatioon for Recource Development and Education (Worde), International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Islamic Supreme Council of Amerika (ISCA), Yayasan Haqqani Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah tersebut cukup berhasil melaksanakan agendanya.
Beberapa tema penting yang dibahas yang sangat berkaitan dengan dunia Islam adalah Evolution of Madrasah/Pesantren, Social Reform in Muslim Society, Sufism and Civil Society, Securing the Role of Women in Muslim Society, The Primacy of Religious Pluralism in Islam, Implementing the Islamic Paradigm of Democracy, Principles of Leadership in War and Peace dan Sharia and the Rule of Law.
Semua materi tersebut disajikan dalam bahasa Inggris dan sebagian dalam bahasa Arab sebagai bahasa kaum muslimin.
Peserta juga melakukan kunjungan ke pesantren Assidiqiyah sebagai bentuk pendidikan Islam khas Indonesia serta ke Universitas Islam Assafiiyah selain ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Semua lokasi kunjungan tersebut berada di Jakarta.
Dalam sambutan penutupnya Ketua PBNU HM Rozy Munir mengatakan “Sebagai agama yang Rahmatan lil Alamin, Islam mencintai kedamaian dan kebersamaan dimuka bumi. Islam tidak ingin dianggap sebagai agama yang penuh dengan kekerasan/ teroris, karena terorisme adalah terorisme, penjahat adalah penjahat yang tidak peduli pada agama tertentu, ras tertentu dan daerah manapun juga.”
Untuk menghilangkan anggapan bahwa Islam adalah agama teroris, diperlukan hubungan global. Hubungan global tersebut meliputi hubungan antar manusia (people to people) yang oleh PBNU difasilitasi lewat (ICIS) dimana Sekretaris Jenderalnya merupakan Ketua Umum PBNU maupun hubungan antar negara seperti OKI dimana Sekretaris Jenderalnya merupakan Perdana Menteri Malaysia, sehingga kita bisa bersinergi untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah, Ikhuwah Wathoniyah dan Ukhuwah Insaniyah.(mkf)
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
3
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
4
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
5
Menlu Iran ke Rusia, Putin Dukung Upaya Diplomasi
6
Rudal Iran Serang Pangkalan Militer Amerika Serikat di Qatar
Terkini
Lihat Semua