Nasional

Tentara Terlibat Orientasi Siswa Baru, Pergunu: Melatih Disiplin adalah Tugas Pendidik

NU Online  Ā·  Kamis, 17 Juli 2025 | 11:00 WIB

Tentara Terlibat Orientasi Siswa Baru, Pergunu: Melatih Disiplin adalah Tugas Pendidik

Siswa Baru MA NU 01 Banyuputih Batang saat mengikuti MATSAMA di Lapangan Lokojoyo yang diisi oleh TNI. (Foto: NU Online/Muhammad Asrofi)

Jakarta, NU Online

Kegiatan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) atau orientasi siswa baru tahun ajaran 2025/2026 di sejumlah lembaga pendidikan tahun ini diwarnai dengan kehadiran personel Tentara Nasional Indonesia (TNI).Ā 


Para siswa baru mengikuti berbagai sesi pengenalan lingkungan madrasah, termasuk pelatihan kedisiplinan yang dipandu langsung oleh aparat TNI.


Salah satu kepala madrasah di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Mukhsin, menyebut bahwa kehadiran TNI dalam MATSAMA bertujuan membentuk karakter disiplin para peserta didik sejak dini.


"MATSAMA tahun ini kita menggandeng TNI tujuannya adalah untuk memupuk kedisplinan kepada siswa baru, sejumlah 304 orang. Di awal kegiatan ini sudah ada penanaman kedisiplinan TNI, harapannya sehingga ketika akan mengawali kegiatan akan siap,ā€ jelas Mukhsin saat diwawancara NU Online pada Rabu (16/7/2025).Ā 


Menurut Mukhsin, keterlibatan TNI berlangsung secara terbatas. Pada hari pertama dan kedua, personel TNI hanya memberikan sesi selama setengah jam untuk penanaman nilai disiplin. Kemudian pada hari ketiga, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan baris-berbaris (PBB).


"Kita akan melihat hasil dari tahun ini, kelihatannya banyak komentar kalau diisi TNI lebih bagus. Kalau ini bagus akan kita lanjutkan tahun depan," ujarnya.


Namun, kehadiran TNI dalam kegiatan orientasi siswa ini menuai tanggapan dari kalangan pengamat pendidikan. Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), AchmadĀ Zuhri, mengkritisi urgensi keterlibatan TNI dalam kegiatan pendidikan seperti MATSAMA di madrasah maupun Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sekolah umum.


"Kita mesti melihat apa urgensinya TNI itu masuk ke momentum MATSAMA atau MPLS. Kalau ternyata hanya sekedar menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, saya kira itu tidak begitu urgenĀ ya. Karena momentum pengenalan sekolah itu ya momentum bagaimana sesungguhnya sekolah itu mengenalkan misalkan dari tradisi, ekosistemnya atau nilai-nilai yang terkandung di dalam sekolah itu," ujarnya.


Zuhri menegaskan bahwa penanaman nilai disiplin seharusnya menjadi bagian dari tugas pendidik, bukan militer. Ia mempertanyakan apakah keterlibatan TNI benar-benar berdampak positif terhadap perubahan karakter siswa atau justru menimbulkan rasa takut.


"Kalau urgensinya itu penanaman pendidikan karakter dan seterusnya, ya bagi kami itu bukan tupoksinya TNI, itu tupoksinya guru. Tapi kenapa ke situ? Makanya perlu dilihat urgensinya. Fenomena ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Konsep-konsep pendekatan militeristik itu pernah masuk ke ruang-ruang sekolah, dan zaman sudah berubah," ungkapnya.


Zuhri mempertanyakan apakah keterlibatan TNI dalam kegiatan orientasi siswa benar-benar mampu menggugah kesadaran peserta didik untuk berubah ke arah yang lebih baik, atau justru membuat mereka merasa terintimidasi dan berubah karena ketakutan. Menurutnya, hal ini perlu dikaji ulang secara serius. Ia juga mengingatkan agar dunia pendidikan tidak kembali pada pendekatan masa lalu yang kelam, melainkan mencari formulasi baru yang lebih tepat.Ā 


Dalam pandangannya, jika tujuan utamanya adalah membentuk kedisiplinan dan karakter siswa, seharusnya hal itu menjadi ranah guru, guru BK, dan bagian dari sistem pembelajaran yang memang telah dirancang untuk mengarah ke sana.


"Pasti ada potensi risiko atau efek samping dari pendekatan militeristik terhadap siswa di sekolah atau di madrasah. Salah satunya selain mengundurkan peran fungsi guru Ā kesannya ini hanya akan sebagai efek kilat saja. Tetapi tidak substantif sehingga siswa patuh, siswa taat berbasisnya adalah pada ketakutan bukan berbasis pada kesadaran yang holistik.Ā 


"Kemudian akan terjadi dualisme perang narasi antara guru dan TNI. Kesannya guru akan kurang memiliki marwah karena soal kedisiplinan, ketertiban semuanya malah justru dikembalikan ke militer," lanjut Zuhri.