Jakarta, NU Online
Pada tingkat global, saat ini agama yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah agama Islam. Namun disisi lain, perkembangan yang cepat tersebut telah menyebabkan terjadinya shock pada umat Islam. Dalam menghadapi situasi baru ini, perlu pendekatan dakwah baru yang lebih cocok.
Demikian diungkapkan oleh Khatib Aam PBNU Prof. Dr. Nasaruddin Umar dalam acara workshop Revitalisasi Peran NU sebagai Gerakan Dakwah Islam Rahmatan Lil Alamiin di Wisma Haji Jakarta, Senin.
<>Secara teologis, umat Islam Indonesia yang dalam sejarahnya banyak menggunakan pendekatan jabariah atau percaya pada takdir kini dihadapkan pada pandangan muktazilah yang sangat rasional. “Saat ini muballigh mana yang diikuti di TV, banyak umat yang kebingungan,” paparnya.
Pengamalan agama yang dulunya sangat berorientasi pada fikih juga mengalami perubahan. Kini banyak orang yang lebih mengikuti pendekatan spiritualisme atau yang penting bertuhan, tak perlu agama atau agama apa saja sama serta ajaran semacamnya.
Agama kini juga bukan lagi pengatur segalanya. Jika zaman dahulu semua hal diatur oleh ajaran agama atau religiousness. Kini pendekatannya berubah menjadi religious mindedness. Orang memiliki kebebasan dan peran agama menjadi sangat berkurang.
Jika pada zaman dahulu orang sangat berorientasi pada teks al Qur’an, kini masyarakat mulai berfikir ke arah konteks. Pendekatan hermenetika berkembang untuk memaknai kitab suci. “NU menolak hermenetika karena kalau salah dalam menafsirkannya bisa berbahaya,” tandasnya.
Menurut Nasaruddin, jika semua ajaran agama dimaknai secara sembarangan nantinya akan kehilangan warna asli Islam. “Rasionalisasi yang berlebihan juga akan menurunkan agama sekedar menjadi ajaran filsafat,” paparnya.
Secara kultural, warga NU juga mengalami shock. Jika dahulu, lebih berorientasi pada elit pesantren, kini terjadi perubahan dengan kecenderungan orientasi pada elit kampus. “Kalau kyai yang ngasih ijasah kan Allah, tapi dalam pekerjaan formal diperlukan mereka yang memiliki ijasah,” tandasnya.
Hal yang sama juga terjadi dalam aspek kepemimpinan. Pada masa lalu, Lingkungan NU bersandar pada kepemimpinan kharismatik. Namun sekarang terjadi perubahan kebutuhan dengan dibutuhkannya para manajer professional.
“Perubahan-perubahan ini harus diantisipasi oleh LDNU. Harus dibuat visi, misi, nilai, dan strategi baru dalam menjalankan dakwahnya agar sesuai dengan konteks zaman,” imbuhnya. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
5
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
6
Balita di Sukabumi Meninggal Dipenuhi Cacing, DPR Tekankan Pentingnya Peran Posyandu dan RT/RW
Terkini
Lihat Semua