Jakarta, NU Online
Pesantren di lingkungan NU selalu mengajarkan para santrinya dengan cara yang lemah lemah lembut dan kasih sayang, tidak melalui cara-cara kekerasan ala Institue Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang akhirnya memakan korban.
Demikian diungkapkan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Sadid Djauhari kepada NU Online, Kamis (23/8) menanggapi adanya kekerasan yang menimpa dua orang santri Ponpes Modern Assalam Pabelan<> Sukoharjo sehingga harus masuk rumah sakit.
Dikatakan oleh Pengasuh Ponpes Assuniyah Kencong Jember ini bahwa model pengajaran santri di pesantren salaf ala NU disemangati oleh hadist 'Arrohiimu yarhamuhumur Rahman, irhamu man fil ardhi yarhamukum man fis sama’ yang artinya orang-orang yang punya jiwa kasih sayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Kasih Sayang. Sayangilah kepada penduduk bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh penduduk langit.
Kiai Sadid mencontohkan metode yang digunakan oleh Rasulullah untuk mengingatkan orang yang salah. Suatu ketika terdapat orang badui yang kencing di masjid. Para sahabat marah melihat kejadian itu karena masjid adalah tempat suci, namun Rasululah malah membiarkannya sampai selesai karena badui tersebut tidak tahu, baru setelah selesai kencing, si badui tersebut diingatkan dan menerima penjelasan.
“Metode seperti inilah yang diajarkan oleh para kiai di pesantren, bukan secara langsung mengingatkan dengan cara kasar yang akhirnya malah membuat kontraproduktif,” katanya.
Dery Saputra dan I Wayan Mahardika, keduanya berumur 15 tahun terpaksa masuk rumah sakit RS Panti Waluyo, Solo setelah kabur dari pesantren karena tidak kuat dengan siksaan para seniornya. Mereka merupakan santri yang baru masuk 1.5 bulan yang lalu.
Dery maupun Dika mengaku mereka diperintahkan untuk pasang kuda-kuda dan tahan napas, selanjutnya dipukuli bagian ulu hati dan paha. Karena tidak kuat terus mendapat siksaan, mereka kabur dari pesantren pada Sabtu (18/8/2007) sore ke salah satu kerabat dan disana mereka muntah darah.
Supriyatin, orangtua Dery Saputra tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu dan melaporkan pihak pesantren ke polisi untuk diselesaikan secara hukum. Menurutnya, keteledoran pesantren dalam mengelola santri tidak bisa lagi ditoleransi.
Sementara itu Humas Pesantren Modern Assalam, Muslim Ridho, menyatakan kasus ini hanyalah perkelahian yang terjadi antar santri yang memang jumlahnya ribuan dan berasal dari berbagai daerah.
"Mungkin saja itu perselisihan antar-santri yang memiliki latar belakang berbeda-beda karena datang dari berbagai daerah. Laporan yang kami terima pelaku pemukulan adalah santri kami, Dodi dan Adib Bayu. Selama ini keduanya memang santri dalam pengawasan khusus," ujar Ridho. (mkf/dc)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua