Warta

Soeharto Jadi Koruptor Kelas Wahid, NU Tetap Kampanye anti-Korupsi

NU Online  ·  Jumat, 26 Maret 2004 | 08:55 WIB

Jakarta, NU Online
Satu  lagi 'prestasi' tingkat dunia didapat  bangsa Indonesia. Kali ini bekas presiden RI, Jenderal Besar  Soeharto, dinobatkan sebagai pemimpin  paling korup sedunia. Demikian dilaporkan  Global Corruption Report yang dirilis oleh Transparency Internasional yang berpusat di Berlin, Jerman. Penobatan ini diungkapkan oleh Transparency International Indonesia (TII) dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/03). 

Ganjilnya, hingga  saat ini korupsi masih menjadi kegiatan bersama di negeri ini, padahal NU, Muhammadiyah dan Ormas Islam di negeri berpenduduk muslim terbesar ini telah sepakat perang terhadap koruptor,  korupsi tetap berjalan ramai-lancar.

<>

Yang menghenyak,  Soeharto menggelapkan uang rakyat mencapai Rp301 trilyun!
Meski tak lagi berkuasa di negeri ini, yang pasti, nama mantan penguasa 32 tahun itu memang sudah menjadi ikon koruptor kelas dunia.  TII merilis daftar pemimpin negara terkorup selama 20 tahun terakhir  dan  mantan orang kuat ini, berada di puncak. 'Prestasi' memalukan itu.

Kabar tidak sedap itu  diumumkan di tengah gencar-gencarnya Ketua Umum Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) R. Hartono dan capresnya, Tutut Soeharto, mengajak rakyat menjadi antek Soeharto.  Pada saat bersamaan NU juga tengah gencar kampanye anti korupsi,  bahkan seorang koruptor bagi NU,  tidak wajib dishalati.

TII juga memberikan rincian dana yang digelapkan Soeharto selama memimpin Indonesia. Menurut hasil penelusuran TII, jumlah dana yang digelapkan Soeharto selama 32 tahun berkuasa mencapai USD 15 sampai 35 miliar, atau sekitar Rp129 trilyun hingga Rp301 trilyun. Sebuah angka fantastis, dapat  menghidupi seseorang hingga 7 X 7 turunan.

Tahukah Anda bahwa jumlah yang dikorup itu hampir mendekati cadangan devisa Indonesia saat ini, yaitu USD 36,63 miliar? Cadangan devisa itu adalah simpanan negara ini yang dikelola Bank Indonesia (BI) untuk membiayai berbagai kebutuhan negara, termasuk membayar cicilan utang bila tidak bisa dicukupi oleh APBN.

"Soeharto diduga sebagai pemimpin negara paling korup. Bahkan, namanya terletak pada urutan pertama Global Corruption Report yang dikeluarkan oleh Transparancy International yang di-publish secara internasional," jelas Sekjen TII, Emmy Hafild.

Dana yang digelapkan Soeharto tersebut paling besar jika dibandingkan dengan nilai korupsi pemimpin lain. Sebut saja, mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos yang berkuasa pada 1972-1986, cuma dapat  mengeruk USD 5 - 10 miliar atau sekitar Rp43 trilyun - Rp86 trilyun dari pundi-pundi rakyat Filipina.  Lalu pemimpin Serbia Slobodan Milosevic dan Presiden Peru Alberto Fujimori. Milosevic menempati urutan ke-5 dengan hasil jarahan USD 1 miliar atau sekitar Rp 8,6 trilyun. Fujimori, satu-satunya presiden Peru keturunan Jepang, mengorupsi USD 600 juta atau sekitar Rp 5,16 miliar selama sepuluh tahun masa kepemimpinannya.

Di tengah krisis pemimpin yang bersih, Indonesia kembali  diingatkan, betapa negeri ini hancur akibat ulah para pemimpinnya yang korup. Tidak dulu, tidak sekarang, Indonesia masih dililit oleh kegiatan korupsi kolektif di kandang sendiri. (MA)