Warta

Silakan Khilafah, Jangan Bawa Nama NU

Sab, 25 Agustus 2007 | 01:46 WIB

Magelang, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) dipastikan tidak akan tertarik dengan gagasan pendirian Khilafah Islamiyah. Namun kalangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dipersilakan meneruskan agendanya asal tidak membawa-bawa nama NU. Demikian Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sa’id Aqil Siradj.

Dalam perjalanan sejarahnya, Rasulullah SAW juga tidak pernah mendirikan negara Islam. Justru di tengah masyarakat Madinah yang plural Rasulullah membuat kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Seluruh penduduk yang ada disamakan dalam hukum, aturan serta hak dan kewajibannya, meski mereka berbeda-beda dalam agama, suku dan rasnya.

<>

Pada masa sepeninggal Rasul, model pemerintahan yang dijalankan juga beda-beda. “Islam tidak memberikan ketentuan yang baku tentang sistem pemerintahan, yang penting pemimpinnya adil, jujur dan melayani masyarakatnya dengan baik, itu sudah cukup,” kata Said Agil menjelang acara haul KH Asrori Ahmad di Pondok Pesantren Raudlatut Thullab, Wonosari, Tempuran Magelang pada Rabu (22/8) malam lalu.

Menurut Kang Said (panggilan akrab Said Agil), dalam perjalanan panjang sejarah Islam selanjutnya, malah ditemukan berbagai jenis model pemerintahan, mulai dari khalifah, imarah, sampai kesultanan yang kebanyakan justru terjadi melalui pertumpahan darah sesama kaum muslimin. “Saya kok yakin, mereka itu tidak tahu sejarah Islam,” kata Kang Said menyindir..

Alumnus Universitas Ummul Qura’ Makkah itu memastikan bahwa menurut NU menilai gagasan dari kalangan HTI itu tidak masuk akal tersebut. Namun jika kalangan HTI bersikeras mengumumkan semangat khilafah, NU tidak akan menghalangi, asal tidak memanipulasi dukungan dari NU, apalagi sampai merebut aset-aset NU.

“Kalau sampai mereka merebut aset-aset NU, kita akan pertahankan dengan cara apapun, karena itu memang hak kita,” katanya, “Jika HTI sampai merebut aset-aset NU, maka posisi mereka tidak jauh beda dengan kelompok Mu’awiyah ketika berhadapan dengan pasukan Shahabat Ali bin Abi Thalib.”

Meski sesama muslim, namun Shahabat Ali berani bertempur untuk mempertahankan haknya. “JIka seperti itu maka mereka telah bughat pada kita,” kata Kang Said, menirukan kalimat Ali kala itu menjelang perang. “Tapi itu langkah terakhir, kalau mereka memang memaksa, kita sudah siap,” tegasnya meyakinkan.

Kepada warga NU yang memadati setiap jengkal tanah pondok pesantren asuhan KH Said Asrori (Ketua PCNU Magelang) itu, Kang Said mengungkapkan, sebagian besar gerakan Islam radikal di seluruh dunia, ternyata atas dukungan Amerika Serikat. Negeri besar itulah yang mendanai dan mendidik mereka. Biasanya aliran dana besar itu dilewatkan negara-negara Arab, sehingga terasa seperti dari negara Arab. “Semoga kita tidak terjebak,” tandas Kang Said.(sbh)