Semangat Arafat Tetap Hidup pada Para Calon Presiden Palestina
NU Online · Ahad, 26 Desember 2004 | 02:08 WIB
Ramallah, NU Online
Yasser Arafat boleh meninggal -- tapi semangatnya tetap hidup dalam benak tujuh calon presiden Palestina yang melakukan kampanye hari Sabtu. Bahkan satu dari calon tersebut menggunakan kaffiyeh yang dipakai mendiang Arafat dan memulai kampanyenya di makam Arafat.
Sikap para calon yang terinspirasi itu hampir sama: semua janji diucapkan untuk mengakhiri pendudukan Israel dan membentuk negara Palestina, dan juga memerangi korupsi.
<>Tapi Mahmoud Abbas, pesaing moderat yang didukung AS dari gerakan Fattah yang menyerukan penghentian perjuangan bersenjata dan kembali kepada perundingan dengan Israel soal negara Palestina, tampaknya tampil di urutan lebih depan.
Masing-masing calon berusaha memikat massa dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai Arafat yang karismatik, kendati mendiang tokoh Plestina itu dihalang-halangi oleh Israel dan Washington yang menyebutnya sebagai kendala bagi perdamaian.
Kendati berselisih dengan Arafat, yang meninggal di rumah sakit di Paris 11 November lalu, Abbas memulai kampanyenya dengan iklan surat kabar yang menunjukkan ia dan Arafat berdiri berdampingan. Situs Web baru Abbas juga menunjukkan gambar serupa.
Penantang utamanya, Mustafa Barghouti, penganjur perjuangan tanpa kekerasan, lebih jelas lagi. Barghouti mamakai kaffiyeh yang digunakan Arafat sebagai simbol perjuangan Palestina ketika ia mengunjungi makam Arafat di Ramallah.
Poster para calon terpampang di tembok jalan-jalan utama. Beberapa poster dipasang di tempat pemeriksaan tentara Israel.
Harapan untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian, yang gagal menjelang pecahnya aksi perlawanan tahun 2000, terlihat sejak kematian Arafat, dan optimisme baru memunculkan upaya diplomatik.
"Kami mengharapkan pemilihan presiden ini sebagai tanda harapan penghidupan kembali perdamaian," kata menteri kabinet Palestina, Saeb Erekat, dan menambahkan bahwa ia sangat mengharapkan pengertian rakyat Israel.
Israel berjanji untuk berusaha sedapat mungkin untuk meyakinkan bahwa pemilihan berjalan lancar. Radio Israel mengatakan kabinet PM Ariel Sharon diperkirakan menyetujui langkah-langkah hari Minggu untuk membantu kampanye, pemungutan suara dan pemantauan.
Sharon menyebut pemilihan 2005 sebagai peluang bagi perdamaian dan memberikan tawaran untuk mengkordinasikan rencanannya untuk menyerahkan wilayah pendudukan, namun ia menekankan bahwa serangan Palestina harus dihentikan sebelum pembicaraan yang berarti dilakukan.
Satu tanda perubahan tampak di Bethlehem.
Israel mengizinkan Abbas, yang beragama Islam, dan para pemimpin Palestina yang lain mengunjungi kota kelahiran Yesus untuk menghadiri missa Natal.
"Kami ingin berunding (dengan Israel) untuk mencapai perdamaian -- perdamaian yang dibangun berdasarkan keadilan dan kebenaran," kata Abbas di depan sebuah pertemuan di Bethlehem.
Tapi hasil awal pemilihan kotapraja Palestina, yang diadakan hari Kamis untuk kali pertama dalam hampir 30 tahun terakhir, memperlihatkan penampilan kuat kelompok "militan" Hamas yang bersumpah akan menghancurkan Israel.
Sementara Fatah tampaknya merebut banyak kursi, Hamas tampaknya menguasi sedikitnya tujuh dari 26 dewan dibanding dengan 11 untuk Gerakan Fatah pimpinan Abbas.
Radio Palestina mengatakan Fatah memperoleh 60 persen kursi sementara Hamas 23 persen. Hamas, yang menolak seruan Abbas untuk menghentikan perjuangan bersenjata, ikut dalam pemilihan untuk kali pertama. Kelompok itu akan memboikot pemilihan presiden.(an/mkf)
Terpopuler
1
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
2
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
3
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
4
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
5
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
6
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua