Warta

Said Aqil Siradj : Mengupayakan Pendidikan yang Berorientasi “Khadhoroh “

NU Online  ·  Ahad, 22 Agustus 2004 | 05:22 WIB

Brebes, NU Online
Katib Syuriah PBNU KH Said Aqil Siradj menegaskan tujuan akhir pendidikan islam baik madrasah atau pesantren bukan hanya menciptakan tamaddun  atau tsaqofah saja, tapi  sekaligus khadhoroh yang merupakan konvergensi antara tamaddun atau tsaqofah. Pernyataan ini dikatakan dalam Halaqoh Pendidikan dan Waqaf di di Pondok Pesantren Al-Hikmah Benda Brebes, Minggu (22/8).

“Tujuan akhir dari pendidikan adalah membangun manusia yang mampu menciptakan peradaban menuju peradaban yang tercerahkan. Dalam istilah arab, lanjut Said kita mengenal 3 terminologi peradaban yang berbeda maknanya. Pertama, tamaddun, yaitu terwujudnya sebuah peradaban yang orientasinya lebih pada kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan ukuran keberhasilan berupa hal-hal materil. Kedua, tsaqofah, yaitu terbentuknya peradaban yang berakar dari intelektualitas serta moralitas. Ketiga, khadhoroh, sampainya kita pada sebuah peradaban yang berdimensi tidak hanya tamaddun tapi juga tsaqofah” kata said Aqil Siraj saat memberi penjelasan tentang peluang dan tantangan pendidikan madrasah pada sessi terakhir halaqoh hari pertama tersebut.

<>

"Karena itu bagaimana tujuan ini bisa tercapai kalau belum bisa menjawab problematika pendidikan islam di Indonesia, khususnya pendidikan islam di lingkungan NU baik dari segi methode, sumber daya manusia, serta pendanaan," tanya Said Aqil. Tiga hal diatas, katanya tidak terlepas dari adanya kebijakan perundang-undangan yang memihak pada madrasah, serta kemampuan membangun network baik dalam maupun luar negeri. “Tak ketinggalan adanya peran pemimpin negara dalam menyetarakan output madrasah dan sekolah” imbuhnya

Saat disinggung tidak adanya “self confidence” alumni pesantren, kiai alumni umul quro, Mekkah ini menjelaskan, karena output pesantren hanya menjadi “qorik “ (pembaca-red) bukan mufassir (penafsir-red) kitab, sebagai akibat tidak adanya manhajun an-naqdi (metode kritik) pada metode belajar di pesantren. Sehingga SDM pesantren tidak memghasilkan hal baru dalam era kehidupan yang dinamis seperti sekarang ini, demikian ujar dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini (ALf)