Jakarta, NU Online
Indonesia mengharapkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang akan berlangsung di Kuala Lumpur, Oktober 2003, dapat merumuskan definisi terorisme yang sesuai dengan aspirasi umat Islam sedunia.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden Hamzah Haz pada peringatan Isra’ Mi’raj Muhammad SAW di Mesjid Istiqlal, Jakarta, Selasa malam.
<>Wapres mengatakan, menghubung-hubungkan terorisme dan kekerasan dengan agama yang datang dari Tuhan merupakan pola pikir yang salah, dan lebih karena didasarkan atas sikap buruk sangka dan kecurigaan semata-mata.
"Mengalamatkan tuduhan kepada umat Islam sebagai pelaku terorisme adalah suatu kesalahan atau kekeliruan dari anti Islam. Terorisme dapat terjadi di mana-mana dan dapat dilakukan oleh siapapun tanpa ada hubungannya dengan ajaran agama," katanya.
Hamzah menganggap bahwa terorisme bersifat multi wajah, yaitu bisa dari rakyat kepada rakyat, dari rakyat kepada pemerintah, atau sebaliknya dari pemerintah kepada rakyat --seperti tindakan penculikan dan pemerkosaan terhadap hak asasi manusia yang melanggar peraturan perundang-undangan. Ia menegaskan, terorisme dapat juga dilakukan oleh negara kuat kepada negara lain yang lemah dan tidak berdaya.
Ia menyadari bahwa sejumlah pihak cenderung melihat terorisme secara fisik dan pada akibatnya saja. Padahal yang tak kalah penting adalah perlunya mencari jawaban kenapa terorisme terjadi dan siapa pihak yang melakukan rekayasa dalam tindakan tersebut. "Saya yakin tidak ada asap tanpa api. Masalahnya, masalahnya siapakah yang menyulut api," katanya.
Karena itu, ia berharap agar KTT OKI mendatang dapat merumuskan terorisme yang sesuai dengan aspirasi umat Islam sedunia. Islam, tegasnya, adalah agama yang membawa misi mendatangkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).
Upaya wujudkan ’rahmatan lil alamin’ itu akan mampu bangun kembali citra umat Islam yang saat ini terpuruk akibat tuduhan kelompok anti Islam yang melihat umat Islam sebagai kelompok yang banyak melakukan kekacauan di muka bumi.
Upaya untuk mencegah timbulnya tuduhan tersebut perlu juga dilakukan dengan cara memperbaiki paham Islam yang ekslusif, parsial, sempit, formalitis, tekstualis, menjadi paham Islam yang inklusif, terintegrasi, komprehensif, aktual dan filosofis. Dalam pada itu, dunia Barat harus pula membongkar kecurigaan dan kesalahpahaman mereka terhadap Islam.
Dunia Barat harus lebih menghargai pandangan dan perasaan kaum muslimin. Semangat hidup saling berdampingan dan saling menghargai adalah modal dasar perwujudan dunia yang damai, lebih adil dan sejahtera.
Ia juga mengatakan fenomena gerakan teroris dan kekerasan yang muncul akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh tujuan-tujuan yang bersifat nonkeagamaan, seperti kepentingan politik dan ekonomi serta perebutan pengaruh keduniaan.
Dengan demikian, menghubungkan terorisme dan kekerasan dengan agama yang datang dari Tuhan merupakan pola pikir yang salah dan hanya didasarkan pada sikap buruk sangka dan kecurigaan semata-mata.
Hadir pada acara tersebut antara lain Menteri Usaha Kecil dan Menengah, Ali Marwan Hanan, Menteri Agama Said Agil Munawar, Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri --yang juga memberikan ceramah Isra’ Mi’raj, sejumlah duta besar asing di Indonesia, Kapolri Da’i Bachtiar dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi Islam sedunia.(mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
5
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
6
Badai Perlawanan Rakyat Pati
Terkini
Lihat Semua