Jakarta, NU.Online
Selama ini pesantren hanya dikenal sebagai lembaga pendidikan agama, padahal pendidikan agama yang ada di sana sangat erat kaitannya dengan persoalan kesenian. Pelajaran kesenian mulai dari seni sastra, seni suara sanagat dominan bahkan mewarnai seluruh mata pelajaran. Bayangkan materi pelajaran seberat apapun seperti tata bahasa, teologi, sampai fikih di format dalam bentuk nadzam (syair) yang dilagukan.
Karena itu kehidupan kesenian di pesantren sangat subur, tetapi tidak banyak diketahui dunia luar, dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, peran sastra pesantren hingga saat ini belum mendapatkan perhatian, bahkan belum diketahui, padahal banyak kalangan ulama terdahulu hingga sekarang yang menulis prosa dan puisi, baik dalam bahasa Arab, Jawa atau Indonesia,” persoalan itu diungkap oleh Zawawi D Imron penyair dari Madura pada NU Online
<>Hal itu terjadi sebab kalangan pesantren sendiri belum mampu menempatkan karya mereka dalam konteks kesenian dan kebudayaan nasional, ini karena factor bahasa, soal berbedaan genre, perbedaan tradisi dan soal ketiadaaan jaringan atau komunikasi dengan penggerak kesenian dan kebudayaan nasional. Mestinya dengan munculnya Abdurrahman Wahid, Mustafa Bisri dan Ahmad Thohari, kesenian pesantren sudah mendapatkan pengakuan secara nasional.
Karena itu penyair yang penampilannya sangat kocak itu menyarankan agar terus menerus dilakukan improvisasi dan eksperimentasi untuk mengembangkan kesenian pesantren, agar semakin berkualitas. Sebab kesenian sebagaimana ia kembangkan yang mendapatkan penghargaan dari berbagai kalangan itu ternyata hanya mengembangkan dari sastra klasik pesantren Madura, tetapi orang menganggap itu temuan besar saya, demikian Zawawi mengakui.
Ketika ditanya tentang kontribusi pesantren terhadap kebudyaaan nasional, Zawawi menjawab bahwa sebenarnya kontribusinya cukup besar, sebab selama ini pesantrenlah yang menjadi penyangga kebudayaan tradisional, dengan adanya tradisi itulah bangsa ini bisa bernegosiasi dengan kebudayaan Barat. Tradisi pesantren, seperti toleransi, mudah beradaptasi, menghargai tradisi local, dan kebudyaan modern serta penghargaannya terhadap masyarakat bawah. Ini sebuah sikap yang sangat berharga untuk saat ini.
Bahkan system pendidikan yang mengutamakan budi pekerti dan pengamalan model pesantren itu banyak ditiru oleh pendidikan modern seperti full day school dan sebagainya. Ini adalah model pesantren yang kemudian dimodifikasi, hanya saja perbedaanya kalau pendidikan pesantren murah terjangkau oleh rakyat pendidikan modern yang meniru pesantren malah tidak terjangkau masyarakat, karena tradisi pesantren telah dipisah dengan misssinya, yaitu mendidik rakyat, bukan mengkomersilakn pendidikan. Maka pesantren jangan larut kesana, tuturnya” tetapi harus bisa mengembalikan fungsi pendidikan.
Sementara untuk mengembangkan kesenian di pesantren penyair Pesantren Madura itu menyarankan agar pesantren tidak hanaya bergelut pada sastra Arab dan Jawa, tetapi harus memasuki sastra Indonesia, sebab ini yang dibutuhkan banyak audience. Sebab audience sastra Indonesia inilah yang trebesar, sememntara Jawa apalagi Arab sangat terbatas, dengan demikian satra pesantren bisa keluar dari kungkungan tradisi, dan membangun tradisi baru yang lebih terbuka.
Sementara sastra Indonesia modern selama ini mengalami kemandekan, karena tidak punya sumber inspirasi berupa tradisi setempat, sebab sumber mereka adalah kebudayaan Barat yang jauh dari rakyat dan diri mereka sendiri. Berbeda dengan sastra pesantren karena banyak sumbernya, maka ia banyak membuat kejutan, dan menamukan genre baru yang unik, karena sumbernya beragam dan relatif kaya dan dekat dengan masyarakat audience nya sendiri, karena itu juga lebih komunikatif, baik dari segi isi maupun bentuknya. (MDZ)
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
3
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
4
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
5
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
6
Badai Perlawanan Rakyat Pati
Terkini
Lihat Semua