Warta HALAQAH ASWAJA

Ragam Aliran Keagamaan Berkembang di Pamekasan

NU Online  ·  Kamis, 23 Juni 2011 | 06:02 WIB

Pamekasan, NU Online
Halaqah bertema "Mengukuhkan Ideologi Aswaja An-Nahdliyyah sebagai Benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia" yang digelar Pimpinan Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Pamekasan, Senin (1/06) di Aula PCNU Pamekasan memetakan beragam ideologi keagamaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Temuan itu berdasarkan curah gagasan antara Lakpesdam Pamekasan bersama perwakilan Majlis Wakil Cabang (MWC) NU di 1 Kecamatan, Badan Otonom NU, Lembaga dan Lajnah di bawah naungan NU, serta kalangan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang dan Komisariat di Pamekasan.<>

Sedikitnya ada enam ideologi gerakan yang berkembang. Keenam ideologi keagamaan tersebut tersebar di beberapa kecamatan, bahkan di dalam kota Pamekasan sendiri. Mirisnya lagi, ideologi tersebut sudah masuk dan berhasil membawa massa yang banyak di beberapa kampus di Pamekasan ini. Ideologi itu pula, jika dikaji secara geneologis lebih mengarah kepada perlawanan terhadap  ideologi Pancasila serta pembangkangan terhadap NKRI.

“Wacana yang mereka tawarkan untuk meraih simpati dari orang lain menggunakan label Islam, budaya Islam, pergaulan Islam dan ujung-ujungnya sistem Negara Islam,” ungkap Ahmad Qusairi, aktivis Komisariat PMII STAIN Pamekasan. Bahkan, kata Qusairi, mereka sudah berani mengibarkan bendera di dalam kampusnya serta menggelar beberapa kegiatan.

Hal senada disampaikan Sarbini, perwakilan MWC NU Pakong. Di daerah Pakong, katanya, sudah ada beberapa perkumpulan yang jelas-jelas bertentangan dengan ideologi Ahlus Sunnah wal jama’ah yang dianut Nahdlatul Ulama. Bahkan ada beberapa warga NU yang sudah terlibat dalam aktivitas pengajian rutin yang dilaksanakan perkumpulan tersebut. “Salah satu ajaran yang mereka berikan adalah hal-hal syar’iyyah warga NU yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah,” katanya.

Ia mencontohkan, tradisi tahlilan, selamatan bagi para al-marhumin, dianggap bid’ah dan bertentangan dengan ajaran Rasulullah. “Masih banyak lagi ‘amaliyah yang dikritik yang tidak perlu satu persatu ajaran yang mereka bawa,” tambahnya.

Adapun media yang mereka gunakan untuk menyebarluaskan ideologinya bermacam-macam. Ada yang berbentuk pengajian rutin, seminar, bedah buku, penerbitan media cetak dan dakwah menggunakan media elektronik seperti radio. Bahkan ada yang rela untuk datang ke rumah-rumah pendudukan atau dor to dor.

Sementara itu, Wakil Ketua PCNU Pamekasan Moh. Zahid menilainya, beragamnya ideologi keagamaan tersebut juga didorong oleh lemahnya control aparat kepolisian untuk membasmi ideologi tersebut. “Jika hal itu terjadi pada masa Orde Baru, maka habislah mereka oleh TNI. Justru sekarang saya mempertanakan kenapa itu dibiarkan,” ungkap Zahid.

Menyikapi adanya berbagai ideologi yang berkembang, PC LAKPESDAM NU Pamekasan sudah melakukan kesepatakan program bersama peserta halaqah untuk menindaklanjuti Halaqah Aswaja An-Nahdliyyah  di masing-masing MWC NU. Langkah tersebut menurut ketua PC LAKPESDAM NU Pamekasan, Ahmad Fawaid, untuk menepis ideologi baru tersebut agar tidak sampai mengajak Nahdliyyin. “Ini tugas bersama yang perlu kita lakukan, khususnya struktur NU yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, “kata Fawaid.

Kegiatan ini pula, lanjut pria yang juga dosen STAIN Pamekasan ini, sebagai media silaturrahim ke masing-masing MWC NU dan Ranting NU untuk mengokohkan Aswaja An-Nahdliyyah sebagai ideologi yang tidak bertentangan dengan NKRI.

Menurut Fawaid, Aswaja An-Nahdliyyah dalam keadaan terancam. Jika dibiarkan, ideologi dari luar terus akan menggerogoti kaum Nahdliyyin. “Namun itu juga menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kita untuk melakukan pendampingan terhadap Nahdliyyin,” pungkasnya.

Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Taufiqurrahman Khafi