Jakarta, NU.Online
Ketua Umum NU, Hasyim Muzadi menegaskan, sejatinya penyebab lahirnya radikalisme, bukan berasal dari aspek agama tetapi kombinasi dengan masalah politik ekonomi dan sosial. "Ketidakadilan, kemiskinan dan kebodohan juga memicu radikalisme," ungkapnya alam pertemuan internasional yang diikuti para ulama dari sejumlah negara ASEAN di Jakarta, Senin.
Ketua Umum NU, Hasyim Muzadi menegaskan, kaum radikal di Indonesia yang lebih menginterpretasikan agama secara sempit dengan mengeksploitasi potensi perbedaan ketimbang menilainya sebagai potensi kemanusiaan jumlahnya tidak sampai satu persen. "Cara berfikir sempit itu ada di setiap agama," kata Hasyim pada pertemuan yang dihadiri ulama dari Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja dan Myanmar itu.
<>Menurut dia, konflik Arab-Israel yang melebar menjadi konflik Timteng yang tak terselesaikan memperparah kondisi yang ada. Muslim dihadapkan kepada kepentingan Israel dan Amerika serikat. "Konflik itu berakumulasi terus ditambah dengan terjadi invasi AS ke Irak dan konflik lainnya," katanya.
Di Indonesia sendiri, kata Hasjim Muzadi, radikalisme bukan karakter rakyat karena sebelum Islam masuk sudah ada agama Hindu dan Budha. Islam berhasil masuk melalui akulturasi budaya yang terus beradaptasi dengan nilai-nilai lokalitas
Sementara itu, Ketua Pelaksana konferensi tersebut Tarmizi Taher menjelaskan mengapa Islam di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia jauh dari radikalisme. Islam masuk ke Indonesia bukan melalui aktor politik (penguasa), tetapi melalui jalur pedagang. Selain itu, kata mantan Menag itu, sejarah Islam di Timur Tengah yang terfikir oleh barat ini merupakan upaya mencapai kejayaan kembali setelah jaya dalam waktu yang lama.
Muslim di Indonesia tidak menjadi bagian dari kejayaan Islam masa lampau sehingga kurang terobsesi untuk meraih jaman keemasan. Islam di Indonesia mengakomodasi kultur Barat.Selain itu fenomena radikalisme juga berasal dari penolakan terhadap budaya Barat yang dianggap sekuler, eksploitatif, kapitalis, dan amoral.
Hadir pada konferensi itu Dr Abdul Gani Muhammad dari Yayasan Dakwah Malaysia, Maaruf bin Sallah dari Majelis Ulama Singapura, juga dari sejumlah tokoh NU, Muhammadiyah serta para pimpin pondok pesantren se-Indonesia seperti Abdulah Faqif dari pondok pesantren di Langitan, Tuban, Abdulah Abas dari Ponpes Buntet Cirebon, serta sejumlah pimpinan wilayah Muhammadiyah, seperti Faturahman Djamil (DKI).(Cih)
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
5
Badai Perlawanan Rakyat Pati
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua