Warta

Perlu Sinergi Antara Sarjana Ahli Islam dan Barat

NU Online  ·  Selasa, 23 September 2003 | 11:30 WIB

Manchester, NU.Online
Tiga orang kyai muda NU, yang sedang mengikuti lokakarya di Leicester, United Kingdom, menyempatkan diri untuk berdialog dengan warga Indonesia muslim yang tersebar di berbagai kota di Inggris, salah satunya adalah Manchester pada hari Ahad  (21/09/2003).  Dengan bersemangat KH Hasib Wahab (Tambak Beras, Jombang), KH M. Misbah (Pesantren Nurul Islam, Jember), dan KH Ade M. Nasih (Buntet, Cirebon) berangkat naik bus umum sendiri dari lokasi Lokakarya di Markfield, sebuah wilayah pinggiran di kota kecil Leicester, ke Manchester, kota terbesar ke dua di Inggris setelah London.  Ketiga kyai ini berbicara bervariasi topik mulai dari terorisme di Indonesia, Islam dan Barat, sampai Isra' Mi'raj di bulan Rajab ini.

KH Hasib Wahab menyatakan di tengah tudingan internasional bahwa Islam itu sering diasosiasikan dengan terorisme, bahkan belakangan dikaitkan dengan  pesantren, umat Islam Indonesia mestinya menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama seperti itu. KH Misbah mengutip Al-Maududi 'Aku melihat Islam di Barat, pada sistemnya tapi tanpa imannya', menegaskan bahwa memang ada nilai-nilai di Barat  yang perlu diambil seperti kedisiplinan dan kebersihan, namun juga banyak nilai yang perlu kita tolak.  KH Ade M. Nasih lebih jauh menjelaskan bahwa ketika nilai-nilai Islam itu diterapkan oleh orang lain, kita orang Islam seharusnya mengkaji kembali kenapa kita yang jelas-jelas memiliki nilai-nilai itu tapi tidak mampu mengimplementasikannya.  Ditegaskan pula bahwa peradaban Islam yang telah mencapai kejayaannya  seperti di Andalusia sebenarnya memiliki kontribusi yangbesar dalam pengembangan keilmuan di Barat, meski orang Barat berusaha menutupinya.  Seolah-olah keilmuan barat melompat dari Yunani, Romawi, langsung ke era renaissance (pencerahan).  Padahal jaman jahiliyah (kegelapan) barat saat itu adalah jaman keemasan Islam.  Oleh karena itu disepakati sangat penting adanya kerjasama bagi warga muslim terutama antara yang memahami khasanah keislaman dan khasanah Barat untuk melakukan sinergi, memberikan yang terbaik bagi umat Islam di Indonesia khsusnya.

<>

Setelah pertemuan itu, para kyai yang ternyata juga fans klub sepakbola terkaya di dunia, Manchester United, mengunjungi stadiunnya. Kebetulan sore itu akan berlangsung pertandingan antara Manchester United melawan Arsenal, musuh bebuyutannya. Sayangnya untuk mendapatkan tiket pertandingan favorit seperti ini hampir sangat mustahil karena biasanya tiket sudah terjual habis jauh hari sebelumnya.  Para suporter kedua kesebelasan yang fanatik umumnya sudah berlangganan menjadi anggota klub dan mendapatkan prioritas tiket.  Namun ketiga kyai pecinta sebakbola tersebut cukup puas dengan melihat stadion yang megah.  Apalagi setelah tahu bahwa pendiri Manchester United ini, yg patungnya diabadikan dan menjadi nama jalan utama stadiun, namanya cukup akrab di telinga mereka: Matt Busby. 'Seperti dari Madure saja, namanya pakai Mat', kata salah
seorang kyai. (aji hermawan)