Perjuangan Menjadikan Pertanian Sektor Andalan Tak Boleh Surut
NU Online · Ahad, 18 Juli 2004 | 02:45 WIB
Bogor, NU Online
Pihak Institut Pertanian Bogor (IPB) akan terus memperjuangan cita-cita untuk menjadikan pertanian sebagai sektor andalan pembangunan.
"Perjuangan seperti itu tak pernah surut untuk kami lakukan dan berbagai momen pun kita dibidik untuk dijadikan sebagai tonggak perjuangan," kata Kepala Humas IPB, drh Agus Lelana, SpMP, MSi di Bogor, Sabtu.
<>Ia mengatakan, beberapa waktu terakhir ini yang digunakan untuk memperjuangkan gagasan itu adalah adalah momentum Pemilu tahun 2004 ini. "Bagi IPB, Pemilu 2004 menjadi momentum yang baik dalam menancapkan tonggak pembaharuan dan perubahan. Dengan dibekali komitmen menjadikan pertanian sebagai Platform Pembangunan Ekonomi Nasional, IPB memandang perlu adanya sebuah paradigma politik pertanian nasional yang mampu menjadi mesin pembangkit pertanian menuju kemandirian dan kejayaan bangsa," katanya.
Menurut dia, Rektor IPB Prof Dr Ir Ahmad Ansori Matjjik, MSc telah menugaskan kepada Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Kepada Masyarakat (LPPM) IPB untuk menyusun suatu konsep politik pertanian sebagai "grand design" pembangunan pertanian masa depan.
LPPM IPB dalam hal ini bekerjasama dengan Lembaga Studi Politik dan Strategi Pertanian Indonesia (LS-POSTANI) mengawalinya dengan mendesain sebuah kajian dan serangkaian diskusi dengan tema "Politik dan Kebijakan Pertanian, Pasca Pemilu 2004".
Setelah melewati serangkaian proses diskusi yang digelar sejak September 2003, kini perjuangan tersebut telah memasuki babak baru. Babak baru itu adalah skenario besar bertajuk "Politik dan Kebijakan Pertanian, Pasca Pemilu 2004" sebagai proposal IPB yang diajukan untuk dijadikan sebuah "keputusan politik" bagi pemerintahan baru hasil pemilu 2004.
Hadir dalam diskusi ini tokoh-tokoh dari berbagai elemen yang memiliki pemikiran serta perasaan yang sama yakni untuk bangkit memerangi kemiskinan serta meraih kejayaan bangsa. Mereka antara lain dari kalangan IPB, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Aliansi Petani-Nelayan Seluruh Indonesia serta tokoh-tokoh kaum tani lainnya.
Pada saat diskusi, katanya, Prof Soewarno T Soekarto, guru besar emeritus Fakultas Teknologi Pertanian IPB sebagai salah satu nara sumber dalam diskusi ini mengurai bahwa selama ini terdapat beberapa kelemahan dalam kelembagaan pertanian dalam tata pemerintahan.
Akibatnya banyak cakupan pertanian yang tidak ter-cover atau tidak ada yang menangani. "Bahkan cakupan bidang pertanian yang selama ini dipakai pemerintah pun, tidak sama dengan keadaan yang sebenarnya ada di lapangan," katanya.
Di samping itu, Prof Soewarno berpendapat bahwa dunia pertanian itu harus dikembangkan secara holistik, antara satu bidang dengan bidang lainnya mesti sinkron. "Belanda sukses mengekspor bunga tulip karena dukungan transportasi yang memadai, Thailand pun demikian, sampai-sampai Thai Air Lines berkomitmen dalam angkut-mengangkut komoditas. Hal seperti ini tak dijumpai di Indonesia," katanya memberi contoh.
Sementara itu, Prof Endang Gumbira Said, Direktur Program Magister Managemen Agribisnis IPB dengan sudut pandang ke-ekonomian-nya mengkritisi konsep yang disusun LPPM IPB ini.
Sedangkan Prof Naik Sinukaban, Ketua Program Studi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pascasarjana IPB memperkaya dengan sudut pandangnya tentang kelestarian lingkungan, dan Dr Namaken Sembiring memberikan sumbang saran dengan pandangan khasnya terhadap modernisasi pertanian.
Tak kalah menariknya adalah pemaparan berbagai pengalaman lapangan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tani-nelayan yang semuanya memberikan kontribusi penyempurnaan konsep yang tengah disusun LPPM IPB ini.
"Langkah-langkah yang telah disusun bersama ini selalu diuji kelayakannya dan akan terus disempurnakan hingga saatnya nanti konsep tersebut akan ’dinyanyikan’ di hadapan pemerintahan baru pasca pemilu. Semoga, ’nyanyian’ merdu dari konsep bersama ini nantinya mampu meresap ke sanubari para pembuat kebijakan sehingga keinginan kuat untuk menjadikan pertanian sebagai primadona selepas pemilu 2004 dapat menemui kenyataan," demikian Agus Lelana. (mkf/an)
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
3
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
4
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
5
PCNU Kota Bandung Luncurkan Business Center, Bangun Kemandirian Ekonomi Umat
6
Rezeki dari Cara yang Haram, Masihkah Disebut Pemberian Allah?
Terkini
Lihat Semua