Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta konflik berkepanjangan di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) segera diakhiri. Penyelesaian konflik hendaknya dibicarakan secara internal dan tidak melibatkan pihak-pihak luar seperti lembaga hukum atau pemerintah. Keterlibatan pihak luar akan membuat keadaan semakin runyam.
“Kesalahan utama dan pertama dari PKB ini adalah membawa masalah intern ini ke pengadilan. Akhirnya nasib PKB tergantung pada orang luar, tidak tergantung intern mereka. Oleh karenanya, dia (PKB) harus kembali membicarakan itu secara intern tanpa dicampuri orang luar,“ kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi usai menerima rombongan jama’ah ziarah Wali Songo dari Jawa Timur di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (18/5)
<>Untuk keperluan itu, PBNU, kata Hasyim bersedia menjadi penengah dalam upaya penyelesaian konflik tersebut. “Kalau memang PBNU diminta, ya monggo. Nanti akan segera kita rapatkan dengan semua jajaran pengurus PBNU,“ ungkapnya.
Namun demikian, Hasyim mensyaratkan permintaan menjadi penengah tersebut harus muncul dari kedua belah pihak yang sedang berkonflik. “Tapi itu harus permintaan utuh dari kedua belah pihak. Selama mereka masih ingin menang sendiri, ya sulit,“ ujarnya.
Hasyim menegaskan, bahwa posisi NU hingga saat ini adalah sebagai organisasi keagamaan yang lebih mengutamakan politik keumatan, kebangsaan, kemanusiaan dan tidak memihak salah satu partai. Demikian juga PBNU tidak akan mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk mengatasi masalah tersebut. “NU nggak bisa ambil inisiatif, karena NU adalah jam’iyah,“ tandasnya.
Selain itu, Hasyim mengingatkan, saat ini massa NU tetap menjadi komoditas politik semua partai. Jika konflik PKB terus berlanjut, massa NU dapat dengan mudah tersebar ke partai-partai lain. PKB sebagai partai yang kelahiran dan pertumbuhannya difasilitasi oleh PBNU dan para kiai, diharapkan bersikap dewasa dan tidak ada elit politiknya yang ingin menang sendiri.
“Kiai-kiai sekarang itu posisinya nurut sama ’anak-anak’ (elit politik partai, red). Kiai masih punya idealisme, khusnudzon, mereka masih punya niat baik. Sekarang tinggal mereka mau menyelesaikan persoalan intern-nya atau tidak? Selama mereka masih ingin menang di atas temannya, ya sulit,” kata Hasyim.
Lebih lanjut, Hasyim meminta agar warga nahdlyyin tidak ikut terlibat atau melibatkan diri dalam konflik yang terjadi dalam tubuh partai manapun. Menurutnya, konflik partai hanya melibatkan para elit partai, para anggota DPR, dan eksekutif. “Mereka yang berkepentingan untuk berkonflik. Masyarakat tidak ada urusan,” pungkas Hasyim. (rif/nam)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua