Para Kiai Bantah Pertemuan Buntet untuk Bentuk NU Tandingan
NU Online · Selasa, 7 Desember 2004 | 12:58 WIB
Cirebon, NU Online
KH Ubaidillah Faqih mengatakan, pertemuan yang dilakukan sekitar 34 kiai termasuk KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di rumah kediaman KH Abdullah Abbas di Buntet Pesantren, Cirebon, Selasa, bukan untuk membentuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU) Tandingan.
Kepada wartawan di Buntet, Cirebon, Selasa, kiai khos dari Langitan, Tuban, Jatim itu mengatakan, pertemuan kali ini merupakan pertemuan silaturahmi antara sesama kiai sepuh dan kiai khos.
<>"Kami tidak membicarakan persoalan kemungkinan akan dibentuknya organisasi tandingan NU menyusul penolakan hasil Muktamar NU ke-31 di Boyolali yang menggolkan KH Hasyim Muzadi sebagai Ketua Tanfidziyah PBNU. Kami hanya silaturahmi biasa dengan mengundang secara khusus Gus Dur," katanya.
Ia mengaku, tidak akan ada NU Tandingan begitu juga soal pendeklarasian NU tandingan seperti yang banyak dibicarakan, tidak akan terjadi. "Kami tidak mau memecah belah umat, kalau ada perbedaan pendapat dan pandangan bisa dilakukan dengan cara mufarraqoh. Pada dasarnya tidak akan ada NU Tandingan " katanya.
Sementara itu, meski dibayangi-bayangi aksi boikot dari para kiai di lingkungan Pondok Pesantren Buntet, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pertemuan antara KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dengan para kiai khos akhirnya tetap berlangsung, Selasa pagi hingga siang.
Pertemuan yang bertajuk Forum Silaturahmi Kiai Sepuh tersebut dimulai sekitar pukul 09.00 WIB dan berlangsung sekitar lima jam. Gus Dur sendiri datang terlambat dalam pertemuan tersebut. Dia baru bergabung dalam pertemuan itu sekitar pukul 12.15 WIB. Dia datang didampingi putrinya Yeni Zanuba Arifah Chossoh.
Selain KH Abdullah Abbas yang bertindak sebagai tuan rumah, para Kiai Khos yang datang dalam pertemuan tersebut diantaranya adalah KH Muhaiminan Gunardo (Parakan, Temanggung), KH Zaim A Mashoem (Rembang), KH Mukhtar Muda Nasution (Sibuhuan, Medan), KH Tuan Guru H. Turmudzi Badarudin (Bagu, Lombok), KH Hamdan Kholid (Banjarmasin), KH Sanusi Baco (Makasar), KH Abdurahman Khudlori (Magelang), KH Amin Azis (Jakarta), KH Sonhaji (Kebumen), KH Ahmad Sofyan Miftah (Situbondo), KH Kholil Asad (Situbundo), KH Ahmad Muttohar (Demak) dan KH Ubaidillah Faqih (Langitan).
Gus Dur sendiri tidak banyak berkomentar mengenai pertemuan tersebut. Dia langsung meninggalkan lokasi begitu pertemuan usai. Gus Dur langsung pergi menuju Bandar Udara Penggung Kota Cirebon untuk kembali ke Jakarta.
Sebelumnya rencana pertemuan para kiai sepuh tersebut sempat mendapat tentangan dari pra kiai muda Buntet Pesantren yang tergabung dalam Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren.
Namun demikian keterbelahan sikap diantara para kiai berpengaruh dilingkungan Pondok Pesantren Buntet yang merupakan pondok pesantren tertua dan paling berpengaruh di Jawa Barat dengan kiai mudanya tersebut tidak sampai menimbulkan insiden.
Sehari sebelum pertemuan kiai sepuh berlangsung (Senin, 6/12), 12 kiai muda berpengaruh dilingkungan Ponpes Buntet, telah menyatakan penolakan terhadap rencana Gus Dur tersebut. Penolakan itu dilakukan setelah para kiai tersebut menggelar rapat khusus dengan Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Pondok Pesantren Buntet, KH Adib Rofiuddin Izza.
Pertemuan kiai muda tersebut digelar dirumah KH Abdul Hamid Anas di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. KH Abdul Hamid Anas merupakan adik dari KH Abdullah Abbas yang selama ini dikenal sebagai salah satu kyai yang selalu mendukung langkah Gus Dur.(an/mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
4
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua