Warta

Paham Garis Keras "Rusak" Citra Islam

NU Online  ·  Senin, 23 Agustus 2004 | 16:29 WIB

Palembang, NU Online
Paham garis keras yang dianut seorang muslim telah "merusak" citra Islam, padahal agama tersebut  menganjurkan umatnya untuk toleran, mengutamakan dialog dan menampilkan akhlak mulia saat berinteraksi dengan umat lainnya.

Pengamat Islam dari Jerman, Dr. Farish Noor mengatakan itu saat menjadi pembicara pada seminar "Internasional Islam dan Demokrasi Pertarungan dan dialektika antara lokal dan global" yang diselenggarakan IAIN Raden Fatah Palembang, Senin (23/08).

<>

Menurut dia, ditampilkannya "kekerasan" oleh kelompok Islam tertentu menyebabkan terjadinya kesalahan penilaian terhadap kaum muslim secara keseluruhan, karena seolah-olah "kekerasan" menjadi tradisi yang "dihalalkan" oleh agama ini.

Direktur Pasca Sarjana IAIN Raden Fatah, Drs. Sirozi Phd berpendapat, akibat adanya kekerasan yang dilakukan sekelompok kecil umat Islam menyebabkan adanya "miss understanding" yang semakin mempertegang hubungan antara kaum muslim dan umat diluar itu khususnya kaum Nasrani di Barat.

Kondisi  ini  terlihat jelas pada pasca Tragedi runtuhnya menara kembar di Amerika Serikat, dimana masyarakat Barat memandang umat Islam sebagai biang terorisme, sehingga lembaga pendidikan madrasah yang dikenal "bersih" juga dicurigai  sebagai  "The great of terorism"

Menurut Farish, selain memperburuk citra Islam, paham garis keras yang lebih mengutamakan program penegakkan syariat Islam telah "menenggelamkan" isu ekonomi dan politik, sehingga kaum muslim mengalami kesulitan bangkit dari kemiskinan.

Pembicara  lainnya, Drs. Hatamar, MA berpendapat, masih "bercokolnya" paham kekerasan disebabkan masih kurangnya pemahaman demokrasi oleh kelompok tertentu, bahkan ada yang menolak ajaran ini dengan alasan kedaulatan tertinggi adalah milik Tuhan  dan
bukan ditangan rakyat.

Menurut Farish, untuk "mendongkrak" kembali citra Islam tidak ada jalan lain kecuali dengan menampilkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya, seperti sikap toleran dan mau membangun dialog dengan umat lainnya.

Sedangkan  Sirozi  berpendapat,  langkah awal untuk "mendinginkan" kembali hubungan umat Islam dengan umat lainnya adalah dengan membangun nilai-nilai demokrasi dan menanamkan paham pluralisme dalam lembaga pendidikan, agar  generasi  yang  terbentuk
berwawasan luas dan toleran kepada umat lainnya.

Sementara itu pembicara lainnya, Dr. Khurshid Ahmad Nadem dari Pakistan mengatakan, untuk menanamkan nilai-nilai tersebut tidak sulit, apalagi ajaran Islam merupakan rahmatan lil alamin yang banyak mengajarkan nilai-nilai moral yang sangat ideal  dan
mudah diterapkan.(atr/cih)