Oxford University ; Tradisi Sebuah Pesantren Kuno
NU Online · Selasa, 14 Oktober 2003 | 05:49 WIB
Markfield, NU.Online
Gambaran sebuah universitas modern nan mewah mendadak sirna, ketika mobil Van yang kami tumpangi memasuki kota tua oxford,senin 29 September 2003, nama besar universitas yang amat kesohor di seantero jagat itu ternyata adalah kumpulan 37 college tua yang lebih pas disebut asrama pesantren di negeri kita, namun menempati areal cukup luas, satu college berkisar seluas 35 hektar, rata rata bangunannya berusia cukup tua, diantaranya didirikan tahun 1195 dan masih dipakai hingga saat ini, umumnya setiap college terdiri dari gereja atau cathedral, asrama siswa, rumah pengasuh dan ruang belajar,kebun , danau buatan serta lapangan rumput terbuka yang sangat dirawat keberadaannya.
Kota oxford amat menarik, hawa sejuk dan nuansa kota pelajar amat kental mewarnai, dijantung kota hampir tiada kendaraan berlalu lalang, semua orang enjoy berjalan kaki dengan cepat, atau bersepeda ria, mobil kami diparkir cukup jauh di pinggir kota. kemudian perjalanan menuju ke oxford islamic center dilakukan dengan berjalan sehat sambil bercanda ria menikmati segar suasana.
<>Oxford university merupakan kumpulan 37 college yang terorganisir rapi dibawah satu bendera universitas oxford, masing masing college merupakan lembaga independent yang dipimpin seorang pengasuh/ direktur yang mempunyai hak otonom khusus, untuk menerima atau menolak calon mahasiswa, setiap college mepunyai keistiweaan yang merupaka ciri khasnya, semisal Balliol college; mempunyai reputasi istimewa di bidang sejarah, dan menjadi tempat pendidikan para pangeran keluarga kerajaan inggris dan kepala Negara lainnya, sedangkan St. Jhon college merupakan college termahal dan terkaya, karena ratusan alumninya menjadi tokoh politik dan bisnis yang sukses dan setia memberikan donasi kepada almamaternya, keberadaan college amat dihormati, hingga seorang polisi tidak akan pernah berani menangkap atau mengejar seseorang yang masuk ke dalam asrama, tanpa izin dari pimpinannya, di setiap college terdapat beberapa fakultas sain dan budaya, termasuk didalamnya fakultas studi ketimuran dan keislaman (orientalisme), bahkan di oxford saat ini terdapat sekitar 60 profesor bidang studi islam, yang mayoritas tidak beragama islam.
Keistimewaan oxford university justru terletak pada system pengajaran yang mempertahankan pola sejenis pesantren lama di Indonesia, yaitu system sorogan, dimana seorang professor mengajar mahasiswa satu persatu, sehingga membutuhkan banyak tenaga pengajar dan biaya yang amat mahal, karena setiap college hanya menerima sejumlah mahasiswa yang amat terbatas, ekitar 400 mahasiswa per college, untuk tingkatan S 3 / program doctor, setiap satu mahasiswa dibimbing oleh satu profesor, hingga kualitas pendidikan benar benar amat dijaga.
Kami sempat berkunjung ke islamis center, dan mendapatkan banyak penjelasan dari Mr. Afifi alkity, seorang staf berkebangsaan Malaysia, beliau bekerja sebagai dosen bahasa arab dan menjadi penerjemah arab – latin di departemen orientalisme, uniknya ia amat tertarik dengan jamiyyah Nahdlatul 'ulama dan system pengajaran pesantren, bahkan ia berpesan agar system sorogan jangan sampai hilang dari pesantren, karena justru system itulah yang menjadi ciri khas oxford university.
Hal yang amat menarik bagi rombongan para kyai muda utusan PBNU ini adalah kunjungan ke Boldwein library, kami tercengang melihat perpustakaan berusia lebih lima abad dan amat lengkap, kemajuan di barat bukan hal yang aneh, setelah melihat tradisi gemar membaca telah tumbuh subur di oxford sejak zaman dahulu kala, terbukti dengan banyaknya perpustakaan yang amat lengkap dan berdiri sejak abad 14, menurut penjaganya; terdapat sekitar 8 juta buku di oxford, seratus ribu diantaranya berupa kitab dan manuskrip arab kuno sejak abad ke sembilan yang diambil dalam masa penjajahan inggris ke Negara Negara islam, termasuk terdapat pula naskah buku jawa kuno di dalamnya, yang hingga saat ini tetap terpelihara dengan aman dan rapi.
Akhirnya, peserta dapat mengambil hikmah yang amat berharga, bahwa ajaran gemar membaca, riset dan berfikir ternyata justru dilakukan dengan baik oleh ummat non islam, sehingga mereka mendapat kemajuan yang amat berharga, maka saatnya kini ummat islam bangkit dan mengambil hikmah kemajuan keilmuan dari manapun datangnya, untuk kemajuan dan kejayaan islam dimasa depan.semoga. (HA-Fahrur Rozi)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
Terkini
Lihat Semua