Warta

OKI Kecam Agresi Militer Israel

NU Online  ·  Rabu, 15 Oktober 2003 | 11:06 WIB

Jakarta, NU.Online
Organisasi Konferensi Islam (OKI), mengutuk keras agresi militer Israel terhadap kedaulatan dan wilayah Republik Arab Suriah dan Republik Lebanon 5 Oktober. Serangan tersebut dipandang sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB serta peraturan dan prinsip hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB, demikian seruan OKI sehari sebelum dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI di Kuala Lumpur, Malaysia

OKI menyatakan serangan terhadap Suriah menjadi contoh paling akhir mengenai agresi tanpa henti Israel. Pesawat tempur Israel menerobos ke dalam wilayah Suriah, 5 Oktober, dan membom tempat yang diduga sebagai kamp pelatihan militer pejuang Palestina di dekat Damaskus setelah pemboman bunuh diri di Israel --yang menewaskan 19 orang.

<>

Israel menyatakan sasaran itu "digunakan" oleh organisasi Jihad Islam, yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut. KTT Ke-10 OKI dianggap penting sehubungan dengan upaya pembangunan kembali Irak pasca-perang, agresi Israel yang berlanjutan dan meluas terhadap rakyat Palestina dan negara di sekitarnya serta konflik Arab-Israel yang belum terpecahkan.

OKI merupakan organisasi internasional yang didirikan di Rabat, Marokko, 25 September 1969 untuk mengumpulkan bersama sumber daya dunia Islam dalam mempromosikan kepentingan mereka dan mengkonsolidasikan segenap upaya negara tersebut untuk berbicara dalam satu bahasa yang sama guna memajukan perdamaian dan keamanan dunia Muslim.

Kantor pusat OKI berada di Jeddah, Arab Saudi, dan organisasi tersebut kini memiliki 57 anggota serta sejumlah negara pengamat, antara lain Bosnia Herzegovina, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading dan Thailand dengan tujuan mengaman kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Muslim di seluruh dunia secara berkelanjutan. Tujuan utama OKI adalah memperkokoh solidaritas Islam di antara negara anggota, memperkuat kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Meskipun KTT OKI itu semula dijadwalkan hingga Sabtu (18/10), namun ada kemungkinan sidang dipercepat satu hari. Pihak panitia OKI sendiri telah mengumumkan jadwal terbaru hingga Sabtu malam. Hal tersebut antara lain dilakukan atas desakan negara-negara Timur Tengah -yang ingin segera cepat pulang karena terkait dengan masalah di Palestina dan Suriah. (Ant/ VOA/Cih)