Jakarta, NU Online
Langkah mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama Abdurahman Wahid (Gus Dur) dengan mendeklarasikan NU “Tandingan” dinilai tidak sehat bagi pendidikan politik warga NU, bukan saja karena program-program kerja NU akan terbengkalai tetapi juga menjadi preseden buruk karena telah terjadi dua kali dalam sejarah muktamar NU.
“Ini pelajaran yang tidak sehat bagi NU kedepan, karena NU seolah-olah hanya diisi oleh konflik internal terus menerus padahal banyak program-program NU yang mesti dilakukan oleh pengurus yang terpilih pada Muktamar ke-31 kemarin,” demikian diungkapkan mantan Ketua PBNU periode 1999-2004 yang juga anggota Panwaslu, H.M. Rozy Munir kepada NU Online di ruang kerjanya, Selasa (8/12).
<>Menurutnya, adanya NU tandingan yang kedua kalinya dalam sejarah muktamar NU dapat berimbas pada buruknya pencitraan NU dalam mengelola tata organisasi yang baik. Meskipun beda konteks sosio politik ketika NU tandingan pertama yang dilakukan oleh Abu Hasan dalam Muktamar ke-29 di Cipasung, ketika itu rezim sedang kuat-kuatnya di bawah Orde Baru, namun upaya membuat NU tandingan kali ini di bawah Gus Dur substansinya tetap saja yakni menjadi presedan yang tidak baik untuk NU kedepan.
Karena itu, lanjut ahli Demografi UI ini, harus dikikis faksi-faksi yang ada di tubuh NU dan segera merajut jalinan persaudaraan serta kembali mengukuhkan ikatan persatuan dengan cara merangkul semua pihak yang saling berhadapan. “Semua pihak harus berfikir menjaga keutuhan NU,” tandas Rozy.
Rozy juga menambahkan, hasil Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Solo, Jawa Tengah telah menunjukkan kepada publik tentang kesadaran warga NU akan penghormatan terhadap pluralisme. “Bahwa NU tidak lagi tergantung pada personifikasi orang. Dan itu bagus untuk pendidikan politik,” ucapnya.
Ditanyakan langkah yang paling mungkin untuk dilakukan oleh pihak yang sedang berseteru, Rozy mengatakan harus segera terbentuk kepengurusan PBNU yang dihasilkan oleh Rois Aam Syuriah dan tim formatur hasil muktamar untuk segera membentuk susunan pengurus, kemudian di syahkan dan di lantik. Karena dengan begitu, lanjutnya pengurus yang ditunjuk akan segera bekerja melakukan koordinasi dan penataan program kerja NU, sesuai dengan mandat muktamar.
Lantas kenapa belum di putuskan ? di desak begitu, Rozy mengatakan karena pasca muktamar kemarin belum diputuskan siapa yang menjadi wakil Rais Aam. Padahal wakil Rais Aam ini sangat penting untuk melengkapi tim formatur yang terdiri dari 7 orang. Jika Rais Aam sudah terpilih baru tim 7 ini bersama Rais Aam dapat bekerja menyusun pengurus PBNU periode 2004-2009. Soal calon, kata dosen Ekonomi UI ini mengatakan ada dua kandidat yang muncul, mereka adalah KH.Mustofa Bishri (Gus Mus) dan KH. Tolhah Hasan.
Dari dua kandidat ini, kata Rozy yang memiliki peluang besar adalah KH . Tolhah Hasan. Karena kalau Gus Mus tidak mungkin karena sama-sama berasal dari Jawa Tengah dan Gus Mus sepeninggal kakaknya (alm. KH Kholil Bishri) ingin lebih konsentrasi mengurus pesantren, sedangkan KH. Tolhah adalah figur yang dianggap paling pas untuk mendampingi KH Sahal Mahfudz. “Beliau selain tawadlu, pintar juga integritas moralnya tidak di ragukan,” ujar Rozy Munir.
“Insya Allah besok Selasa (8/12) segera diumukan wakil Rais Aam, setelah itu tim formatur yang terdiri dari 7 orang akan menyusun nama-nama pengurus baru PBNU 2004-2009,” paparnya menutup pembicaraan. (cih)
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
Istikmal, LF PBNU Umumkan Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
3
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
4
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
5
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
6
Menlu Iran ke Rusia, Putin Dukung Upaya Diplomasi
Terkini
Lihat Semua