Jakarta, NU Online
Anggota Komnas HAM MM Billah berpendapat bahwa Nahdlatul Ulama merupakan gerakan dari kaum elit. Ulama adalah mereka yang memiliki kemampuan membaca, dalam arti membaca secara mendalam, yang merupakan kaum elit ditengah mayoritas warga nahdliyyin. Pendapat tersebut dikemukakannya dalam diskusi bersama dengan anak-anak muda NU di Lakpesdam (16/07).
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, warga NU cenderung hanya menjadi obyek dari para elit politiknya. Untuk itu jika ingin melakukan perubahan yang sifatnya fundamental di NU, perubahannya harus bersifat fundamental yang mana warga NU tercerahkan dan dapat menjadi subyek bagi dirinya sendiri.
<>Billah menjelaskan bahwa terdapat tiga bidang yang perlu digarap untuk melakukan perubahan tersebut. Hal yang peling penting adalah faktor keluarga. ”Keluarga merupakan tempat belajar berinteraksi sosial dan menjadi ujung pangkal perilaku anak sampai dewasa, apakah mereka akan egaliter atau tidak,” jelasnya.
Selanjutnya, faktor kedua adalah pendidikan. Ini berkaitan dengan kurikulum yang diberikan, apakah membebaskan atau tidak, hubungan guru dan murid, apakah egaliter atau tidak, dan kurikulum yang ada. Ini semua merupakan hal yang terintegrasi.
Faktor pendidikan inilah yang sudah merubah pola hubungan didalam NU. Saat ini banyak sekali anak dari keluarga NU yang selain mengaji di pesantren, mereka juga sekolah umum, atau bahkan banyak juga diantara mereka yang sekolah saja.
Faktor ini telah menyebabkan generasi NU sekarang ini memiliki pandangan yang berbeda tentang hubungan mereka dengan kyai. Kebanyakan mereka sudah menganggap kyai sebagai orang biasa seperti pada umumnya masyarakat.
Faktor ketiga sebagai perubah adalah tempat kerja. Ditempat inilah hubungan-hubungan kerja bersifat struktural atau egaliter.
Billah menilai bahwa saat ini terdapat perkembangan progresifitas pemikiran agama dikalangan anak muda NU. Namun demikian, mereka masih juga merupakan kelompok kecil dan juga bersifat elit yang belum mampu merubah dominasi kelompok lama. “Mereka belum mampu menunjukkan perubahan yang fundamental,” tegasnya.
Tentang khittah, Billah berpendapat bahwa hal tersebut juga merupakan gerakan politik dengan menggunakan simbol pemisahan politik dan agama. Saat ini masing-masing pihak yang bertikai di NU masing-masing juga mengatasnamakan khittah. Karena itulah mungkin perlu ditampilkan satu term baru untuk melakukan perubahan di NU.(mkf)
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
3
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
4
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
5
PCNU Kota Bandung Luncurkan Business Center, Bangun Kemandirian Ekonomi Umat
6
Rezeki dari Cara yang Haram, Masihkah Disebut Pemberian Allah?
Terkini
Lihat Semua