Warta HALAQOH PENDIDIKAN

NU Melupakan “Tambang Emas” Pesantren

NU Online  ·  Senin, 11 Mei 2009 | 02:02 WIB

Bogor, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) mulai melupakan tambang emas yang sejak lama telah menjadi keunggalan komparatif dan kompetitifnya. Tambang emas dimaksud adalah pesantren.

“NU mulai melupakan akan tambang emas yang berada di tangan,” kata KH Faiz Syukron Makmun MA saat berbicara dalam halaqah pendidikan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung, Bogor, Jawa Barat, Ahad (10/5).<>

Menurut Faiz tindakan melupakan tambang emas dapat ditunjukkan dengan mulai hilangnya orientasi pesantren.

“NU terlalu depan mengambil pangsa pasar pendidikan formal. Keberadaan pesantren terutama yang bercorak tradisional secara perlahan mulai dilupakan,” kata putra KH Syukron Makmun itu.

Fenomena tersebut, menurut Faiz, bila terus didiamkan akan membuat NU kehilangan peran transformasi sosial. “NU memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan pesantren, karena itu NU harus pekat terhadap masalah ini,” katanya.

Halaqah pendidikan itu sendiri digagas oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Institut Pertanian Bogor (IPB) diikuti sejumlah pimpinan pondok pesantren dan tokoh pendidikan dari berbagai perguruan tinggi terkemuka.

Narasumber yang hadir antara lain Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH Salahuddin Wahid, Pengasuh Pesantren Darul Muttaqien Bogor Drs KH Mad Rodja Sukarta, Guru Besar IPB Prof Dr Cecep Kusmana MS, Ketua Pengurus Besar NU KH Masdar Farid Mas'udi MA dan Rektor Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi Dr Nandang Najmul Munir.

Halaqah yang dipandu oleh oleh pentolan KMNU IPB Ahmad Fahir ini juga dihadiri dan Dewan Pakar Pesantren Al-Falakiyyah an-Nahdliyyah Pagentongan Bogor yang juga Guru Besar IPB Prof Dr Surjono Hadi Sutjahjo MS, dan pengasuh Pesantren Al-Karimiyyah Kota Depok KH Ahmad Damanhuri MA. (sam/hir)