Warta

NU Besar Ketika Pegang Teguh Khittah

NU Online  ·  Selasa, 16 Maret 2004 | 04:44 WIB

Jakarta, NU Online
KH Said Agil Siradj mengatakan bahwa NU didirikan sebagai organisasi dakwah dan gerakan oleh KH Hasyim Asyari bukan sebagai organisasi politik. “Walaupun secara langsung pernah terjun dalam politik praktis, tetapi kebesaran NU terjadi ketika NU tetap berada dalam khittahnya,” ungkapnya.

Hal itu diungkapkannya kepada NU Online (15/03) di Gedung PBNU menanggapi posisi NU dalam pemilu 2004. Saat ini seringkali muncul pertanyaan tentang kemanakah suara warga NU dalam pemilu 2004 karena bagaimanapun juga dengan 40 juta warga, ini merupakan jumlah suara yang signifikan.

<>

Kang Said menjelaskan bahwa ketika NU terlibat secara langsung dalam partai politik, banyak sekali konflik kepentingan yang timbul, baik antara individu maupun antar golongan yang ada dalam partai tersebut.

Pada masa orde lama, NU keluar dari Masyumi yang didirikan oleh berbagai organisasi Islam dan menjadi partai politik sendiri. Selanjutnya ketika terjadi penyatuan berbagai parpol Islam dalam PPP pada masa orde baru, NU terlibat dalam pertarungan sengit dengan golongan-golongan lainnya karena merasa diabaikan, padahal memiliki jumlah suara yang signifikan.

Karena itulah ketika muncul reformasi, PBNU mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa yang diharapkan dapat menjadi saluran politik bagi warga NU sedangkan NU sendiri tetap dalam posisi organisasi sosial keagamaan.

 “PBNU telah mendirikan PKB sebagai saluran politik warga NU, namun demikian kita juga harus menghormati pilihan warga NU dalam politik lainnya seperti dalam PPP, Golkar, maupun partai politik lainnya, karena jumlah mereka yang ada dalam partai-partai tersebut cukup banyak” tambahnya.

Untuk itulah, NU harus tetap memperhatikan suara-suara warga NU yang berada dalam banyak partai dan merangkul semuanya dan memperjuangkan untuk kepentingan warga nahdiyyin.

Aspirasi politik warga NU memang banyak tersebar dalam berbagai partai, bahkan beberapa petinggi partai merupakan warga NU seperti Hamzah Haz dari PPP, Slamet Efendi Yusuf dari Golkar yang merupakan mantan ketua umum GP Ansor, bahkan Sekjen PKB Saifullah Yusuf pernah menjadi anggota DPR RI dari fraksi PDIP.(mkf)