MUI Situbondo Interogasi Pengikut Brayat Agung
NU Online · Rabu, 20 Januari 2010 | 01:38 WIB
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Situbondo, Selasa, melakukan interogasi kepada pengikut "Brayat Agung" yang diduga sebagai aliran sesat. "Kami sudah turun ke lokasi mereka di Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Situbondo, tapi pemimpin mereka sudah kabur," kata Ketua MUI Situbondo KH. R. Abdullah Faqih Ghufron.
Menurut Faqih, pihaknya sebenarnya sudah lama memantau ajaran itu, namun pihaknya memilih langkah pembinaan secara persuasif. Perdebatan merupakan cara yang mungkin dapat menyadarkan mereka, sebab mereka bukan aliran sesat tapi mereka menerapkan ajaran Islam yang tidak benar.<>
"Masalahnya, masyarakat telanjur resah, sehingga masyarakat pun melapor kemana-mana, padahal kami masih ingin berdebat dengan pemimpin mereka dari Bondowoso. Mereka bukan sesat, karena mereka tetap mengakui Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw, tapi mereka merasa cukup shalat dengan semedi atau sekadar eling (ingat). Jadi, mereka mirip dengan Islam Kejawen, bukan aliran sesat," kata Faqih.
Terhadap Nabi Muhammad SAW, penganut ajaran Islam yang tidak benar itu memahami ajaran nabi seenaknya sendiri, seperti "buroq" dalam Isra Mikraj diartikan "buka rok." "Tapi, masyarakat mengartikan hal itu sebagai aliran sesat, padahal hanya ajaran Islam yang sesat saja, sebab mereka tetap beriman kepada Allah dan Muhammad tapi caranya yang tidak benar atau sesat," katanya.
Menanggapi hal itu, Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori mengaku pihaknya belum menerima laporan secara resmi dari MUI Situbondo, namun pihaknya meminta agar hal itu diselesaikan di tingkat daerah. "Kalau mereka tidak percaya kepada rukun iman berarti mereka sesat, tapi kalau mereka melarang santrinya shalat dan membaca Al-Qur'an berarti mereka menodai agama," katanya.
Oleh karena itu, katanya, pemimpin ajaran itu dapat dijerat dengan pasal 156 KUHP tentang penodaan agama yang menjatuhkan sanksi kepada pelaku dengan lima tahun penjara.
"Di Mojokerto ada ajaran Ilmu Kalam Santriloka yang pemimpinnya langsung dihukum, tapi saya kira kita sebagai pemimpin juga perlu instrospeksi, sebab ada kemungkinan dakwah Islam kurang intensif kepada masyarakat di tingkat bawah," katanya. (ant)
Terpopuler
1
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua