Warta RAKERNAS MAARIF NU

Madrasah Jangan Sampai Kehilangan Jati Diri

NU Online  ·  Sabtu, 23 Januari 2010 | 10:06 WIB

Bandung, NU Online
Madrasah sebagai institusi pendidikan keagamaan yang mengutamakan nilai-nilai keislaman tidak boleh kehilangan jati dirinya dengan alasan untuk bisa diseterakan dengan sekolah umum.

“Jangan menjadikan diri anda orang lain, bagaimana menjadikan madrasah menjadi kekuatan atau mempunyai sesuatu yang beda,” kata Direktor Pendidikan Dasar dan Pesantren Amin Haidari dalam rakernas Maarif NU di Bandung, Sabtu (23/1).<>

Madrasah memang menghadapi berbagai masalah dan kendala tetapi disisi lain, madrasah juga memiliki sebuah kekuatan yang tidak dimiliki oleh sekolah umum sehingga masyarakat tetap mengirimkan putra-putrinya ke madrasah. Kekuatan yang saat ini dimiliki madrasah adalah kurikulum pendidikan agamanya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum.

Upaya untuk peningkatan kualitas madrasah sejauh ini terus dilakukan, meskipun diakuinya bahwa hal ini sangat susah. Para pengajarnya banyak yang belum memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Dicontohkan, saat ini perguruan tinggi agama Islam banyak mencetak sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI), yang kurang memiliki spesialiasi dalam bidang tertentu. Ketika diminta untuk mengajar Qur’an, Hadist, Fikih atau Tafsir, kemampuannya jauh dibawah guru yang memiliki spesialisasi dibidang tersebut.

“Apalagi 70 persen input PAI itu berasal dari SMA, yang untuk membaca fatihah saja belum tentu benar,” katanya.

Jurusan PAI, menurutnya hanya cocok untuk mengajar di agama di sekolah umum, bukan di Madrasah.

Upaya peningkatan kualitas guru melalui sertifikasi ternyata juga tidak mudah, saat ini, mereka yang lulus sertifikasi bukan karena kreatifitas dan inovasi, tetapi lebih karena rajin mengumpulkan sertifikat.

Jika ingin mencapai kemajuan, madrasah harus melakukan sebuah inovasi atau terobosan baru di luar kebiasaan. Ia mencontohkan sebuah sekolah di Lamongan yang semua pelajarnya diajari bahasa China yang nantinya akan sangat bermanfaat dalam usaha dan perdagangan.

Ia berharap Maarif NU ke depan mampu melahirkan sekolah dan perguruan tinggi yang unggul, sebagaimana dimiliki oleh ormas keagamaan lainnya.

Terkait dengan Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) atau asosiasi pesantren NU, Amin mengungkapkan, situasi yang memungkinkan seluruh lembaga bisa langsung masuk ke pesantren membuat RMI tidak bisa memiliki daya tawar seperti dahulu lagi. (mkf)