Warta ALIRAN SESAT

Langgar Kesepakatan, Aula LDII Dirobohkan Warga

NU Online  ·  Rabu, 3 Februari 2010 | 23:47 WIB

Mojokerto, NU Online
Karena dianggap melanggar kesepakatan dengan warga, sebuah aula tempat pengajian jamaah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Dusun Kweden, Desa Balongwono, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dirubuhkan warga setempat.

Menurut Ali Mustofa, warga setempat, perusakan aset milik jamaah LDII itu terjadi pada Selas malam sekitar pukul 23.30. Riak-riak pergolakan itu sebenarnya sudah lama. Yakni sebelum ramadhan tahun 2009 lalu. Ceritanya, jamaah LDII membangun aula pengajian berupa pondasi.<>

Pembangunan itu memantik masalah. Warga berusaha menghadang pembangunan tersebut. Intinya, warga meminta agar aula tidak dijadikan masjid karena sebelah aula itu sudah ada masjid kampung yang cukup untuk menampung masyarakat.

"Dulu mereka sepakat aula tidak akan dijadikan masjid, tapi dilanggar. Padahal, di sebelah aula sudah ada masjid kampung," kata Ali Musthofa, warga kampung sebelah aula, Rabu (03/02).

Karena masyarakat ingin hidup rukun, kedua belah pihak sepakat menghentikan pembangunan. Kata Ali, pimpinan jamaah juga sudah menandatangani kesepakatan dengan warga di kantor desa. Namun sayang, dua bulan setelah kesepakatan itu aula justru dibangun lagi.

"Bahkan pada hari pertama ramadhan, aula dijadikan tempat shalat tarawih. Bukan hanya itu, aula juga dijadikan tempat pengajian. Perkembangan selanjutnya, jamaah juga berencana menjadikan aula itu sebagai masjid, dan hendak digunakan sebagai tempat sholat jum'at," tambah Ali lagi.

Nah, dari situlah emosi warga terpantik. Puncaknya, Selasa malam, aula itu digempur warga, dan dirobohkan hingga rata dengan tanah. Pasca kejadian, kondisi kampung sepi. Polisi juga tidak nampak berada di lokasi.

"Kami inginya mereka itu tidak membuat kelompok sendiri saat shalat, agar rukun," katanya seperti dilansir situs beritajatim.com.

Berapa jumlah jamaah LDII di desa tersebut? Menurut Ali, jamaah LDII yang terdiri dari tujuh kepala keluarga (KK), dengan jumlah jamaah tidak lebih dari 15 orang itu kerap terlibat ketegangan dengan warga.

Namun pernyataan Ali Mustofa itu ditepis oleh Kholik, salah satu jamaah LDII. Menurutnya, aula itu hanya dijadikan tempat pengajian biasa. Kata Kholik, tidak benar jika aula tersebut akan dijadikan masjid.

"Makanya saya heran, kok warga tiba-tiba merobohkan aula tersebut. Padahal aula itu hanya dijadikan tempat pengajian biasa," kata Kholik. (min)