Warta

Lakpesdam NU Depok Lakukan Perencanaan Strategis

NU Online  ·  Rabu, 14 Oktober 2009 | 06:13 WIB

Depok, NU Online
Masyarakat. Lakpesdam NU kota Depok menyelenggarakan workshop bertempat di Bengkel Teater WS Rendra, Cipayung selama dua hari Sabtu-Ahad, 10-11 Oktober lalu.

Workshop ini dalam rangka perencanaan strategis jangka pendek dan panjang yakni 4 tahun ke depan, dan sebagai media eksistensi diri Lakpesdam NU Depok yang baru berdiri pada pertengahan bulan September.<>

Kegiatan selama dua hari ini untuk membedah NU dengan menggunakan berbagai sudut pandang diantaranya sejarah lahir maupun lokal, usaha dan nilai-nilai NU.

“Dari hasil workshop ini Lakpesdam NU Depok berusaha mencari solusi permasalahan masyarakat dan khususnya warga NU yang semakin kompleks,“ kata Rizal Aris selalu Direktur Lakpesdam NU kota Depok.

Program yang dikedepankan Lakpesdam NU ke depan akan berfokus pada tema-tema kajian yang up to date, dan menghasilkan sebuah kajian yang dapat dijadikan solusi bersama. Ini sebagai dorongan pada NU dan badan otonom NU agar lebih aktif memberikan pelayanan pada masyarakat.

Dalam bidang ibadah, diusahakan mengembalikan fungsi masjid sesuai tradisi awal yakni berdasarkan aswaja. Di kota Depok sendiri terdapat 616 Masjid dengan 60 % masih berdasarkan tradisi awal dan 15 % bukan lagi milik warga NU.

“Untuk bidang ekonomi, diupayakan pemberian pelayanan dengan cara mensejahterakan masyarakat melalui pendampingan pada kelompok-kelompok tani, usaha kecil, pedagang dan lainnya. Secara internal harus merapatkan barisan dan solid dalam pengkaderan,“ kata H Abdul Halim selaku penasehat.

Sementara itu, Miftahudin dari PP Lakpesdam NU menjelaskan saat ini NU baru pada klaim kultural, belum tercermin pada segi layanan seperti pada lembaga pendidikan, pelayanan kesehatan lainnya.

“Permasalahan pemahaman ke-NU-an masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, terbukti dengan masih seringnya NU disebut sebagai organisasi politik,” tandasnya.

Upaya menggerakkan pada tujuan organisasi dapat dilakukan dengan cara menginternalisasikan nilai NU seperti ta’awun (tolong menolong) yang dapat mengikis ketidakharmonisan serta tawasuth.

“Di masa mendatang, Lakpesdam NU harus dapat memfasilitasi lembaga dalam menangani masalah ekonomi. Secara internal dapat mengidentifikasi sumber pendanaan baik perorangan maupun instansi yang dapat dijadikan sebagai mitra dalam pelatihan dan pengkajian sehingga dapat menghasilkan sebuah formula yang dapat dijadikan sebagai rujukan pertimbangan NU dalam menentukan kebijakan baik dalam bidang sosial maupun politik, seperti penentuan siapa yang harus diusung dari kalangan NU dalam ajang Pilkada,” tandasnya.

Menanggapi akan diselenggarakannya Muktamar NU di Makasar, Lakpesdam NU berpendapat dalam kriteria calon ketua umum PBNU diantaranya harus dapat menata sistem dan organisasi.

Untuk saat ini calon Ketua Umum PBNU, Miftah berpendapat belum ada yang cocok untuk menduduki sebagai ketua tanfidziyah, semua calon berbasis cendekiawan (Ulil Abshar Abdalla, Said Agil Siraj, Masdar Farid Masudi).

“Seharusnya mereka mencalonkan diri pada posisi rais  aam, karena bersifat pemberi penentu kebijakan sedangkan tanfidziyah adalah pelaksana,”ungkap Miftah. (aan)