Newscastle, NU Online
Atas undangan dari masyarakat muslim Indonesia di Newcastle, 7 orang peserta Education Management Training Program yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 4 orang pria menghadiri silaturrahmi bersama yang diadakan di rumah Bapak Fakih, Mustasyar PCI NU UK di rumahnya yang asri di Newcastle.
Acara yang dilaksanakan Minggu pagi (16/01) tersebut dihadiri sekitar 30 orang komunitas muslim Indonesia di Newscastle dan daerah sekitarnya seperti Birmingham. Hadir juga ketua PPI UK dan PPI Newcastle. Turut serta dalam pertemuan tersebut para ibu-ibu dan anak-anak yang mengikuti suami mereka yang sedang belajar di berbagai universitas di Inggris. Juga tampak Sulaiman, salah seorang muslim kulit hitam yang istrinya berasal dari Aceh.
<>Dengan format acara ala NU, pertemuan diawali dengan tahlil bersama, khususnya bagi masyarakat Aceh serta negara lainnya yang saat ini baru saja terkena bencana tsunami yang menewaskan lebih dari seratus ribu jiwa. Tak lupa alunan bacaan tilawatil qur’an juga dilakukan oleh salah satu hadirin.
Selanjutnya, diadakan ceramah dan diskusi bersama. Dalam hal ini, rombongan PBNU diwakili oleh Cholil Nafis, mantan sekretaris Lajnah Bahsul Masail dan Neng Ida Nurhalida dari Pesantren Cipasung Tasikmalaya dengan tema masalah gender dan membahas peristiwa Aceh.
Neng Ida menjelaskan bahwa Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dan derajat mereka tergantung dari amal perbuatan mereka sendiri. Diskusi yang menarik adalah hikmah yang bisa dipetik dari tsunami di Aceh.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah tsunami itu merupakan ujian atau laknat yang diturunkan oleh Allah kepada rakyat Aceh. “Seandainya yang terkena bencana ini di Pukhet, Jakarta, atau tempat-tempat maksiat lainnya, saya tidak perlu bertanya, tetapi ini terjadi di Aceh, ada apa sebenarnya dengan masyarakat Aceh,” ungkap salah satu peserta.
Diskusi ini banyak merujuk pada bencana-bencana besar yang terjadi pada masa lalu yang banyak diceritakan dalam al Qur’an. Salah satu peserta diskusi berpendapat apa yang dialami rakyat Aceh adalah seperti peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir terhadap seorang anak kecil yang tidak berdosa karena ia tahu bahwa jika anak kecil tersebut hidup sampai besar, maka ia akan durhaka kepada orang tuanya.
Dalam hal ini, rakyat Aceh sudah lama menderita dan mungkin saja Allah mengambil mereka dengan cepat dengan alas an jika hidup lebih lama, maka mereka akan tambah menderita dikemudian hari. “Banyak diantara korban tersebut yang menderita akibat konflik antara GAM dan TNI. Allah mengambilnya agar tidak menderita lebih lama,” ungkap peserta tersebut.
Namun, terdapat perbedaan pendapat dengan merujuk pada pemusnahan kaum Luth, peristiwa Sodom dan Gomora, banjir nabi Nuh atau lain-lainnya dengan melepaskan pertimbangan faktor-faktor alam, kaum-kaum tersebut terkena bencana karena durhaka kepada Allah.
Yang jelas, semua peserta sepakat bahwa peristiwa tersebut merupakan peringatan bagi kita semua bahwa bencana bisa datang kapan saja dan oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri kita untuk menghadap Allah kapan saja.
Sebelumnya masyarakat Indonesia di Newcastle juga sudah mengadakan acara pengumpulan dana dan dalam forum tersebut sumbangan dan titipan dana masih terus mengalir. Silaturrahmi tersebut sekaligus digunakan untuk menyusun format acara pengumpulan dana yang lebih besar bagi masyarakat Aceh.(mkf)
Â
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua