Nasional

Misteri Chromebook di Era Nadiem: Solusi Murah atau Alat Kontrol Digital?

NU Online  ·  Selasa, 24 Juni 2025 | 12:30 WIB

Misteri Chromebook di Era Nadiem: Solusi Murah atau Alat Kontrol Digital?

Ilustrasi Chromebook. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim telah diperiksa selama 12 jam oleh Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung) atas dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook yang menelan APBN sebesar Rp9,982 triliun.


Melihat sisi kelemahan dan keunggulan Chromebook, Pakar Siber dari Badan Pengembangan Inovasi Strategis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (BPIS PBNU) Robin Syihab menjelaskan, alasan memilih Chromebook didasarkan agar laptop tidak digunakan untuk alasan selain pendidikan.


"Jadi, mirip kayak Chrome OS itu sudah diberi cetak seperti itu, apa adanya. Jadi kalau dipasangin Windows, itu kan general purpose (sistem yang dirancang untuk berbagai keperluan), sistem operasi yang bisa diinstalin sangat bermacam-macam sekali. Bisa diinstalin gim, bisa diinstalin tools yang tidak berkaitan dengan yang semestinya," katanya saat dihubungi NU Online, Selasa (24/6/2025).


Sementara itu, kata Robin, sistem operasi Chrome OS pada Chromebook lebih mirip dengan sistem operasi pada ponsel, yaitu hanya aplikasi-aplikasi tertentu yang sudah ditentukan yang bisa diinstal, dan pengguna tidak bisa menambahkan aplikasi secara bebas.


"Kemungkinan alasannya seperti itu ya," jelasnya.


Terkait pengawasan, Robin mengatakan bahwa Chrome OS memungkinkan untuk diawasi karena hampir seluruh penyimpanannya berbasis cloud, yaitu layanan penyimpanan dan pengolahan data yang dilakukan melalui internet, bukan di perangkat fisik milik pengguna seperti harddisk atau flashdisk. Hal ini berbeda dengan sistem operasi seperti Windows atau macOS, yang umumnya menyimpan data secara lokal di harddisk internal laptop.


"Internalnya sangat kecil sekali, mungkin hanya untuk operating system, tapi mayoritas aplikasinya itu data-data ditaruh di cloud," jelasnya.


Dari sisi harga, ia mengungkapkan bahwa Chrome OS jelas lebih murah dibanding laptop dengan sistem operasi tujuan umum lainnya. Chromebook memang didesain agar lebih terjangkau, karena sebagian besar komponen utamanya seperti penyimpanan ditaruh di cloud. Akibatnya, perangkat keras lokalnya tidak perlu spesifikasi yang besar.


"Sehingga itu bisa memangkas biaya juga. Tetapi kalau apakah ada mark-up atau tidak, saya kurang tahu," katanya.


"Tetapi kalau mau di-mark-up, marginnya jadi tebal. Misalnya gini, menggunakan Chromebook tapi dihargai seperti laptop yang umum, misalnya menggunakan harga laptop Mac OS atau laptop yang berbasis Windows. Itu tentu marginnya jadi sangat tebal karena Chrome OS itu murah," tambahnya.


Melansir Antara, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, mengatakan bahwa pihaknya telah membentuk tim untuk mendalami kasus tersebut. Hal ini dilakukan setelah hasil pengujian terhadap 1.000 unit Chromebook pada 2019 menunjukkan bahwa laptop tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan kurang efektif. Padahal, sistem operasi yang disarankan saat itu adalah Windows.