Warta

Kritik Ketidakmampuan Indonesia Berswasembada

NU Online  ·  Jumat, 20 Juni 2003 | 08:12 WIB

Bogor, NU.Online
Peneliti Senior Perancis dari CIRAD/CGPRT, Dr Ruben Bourgeols, dalam sebuah lokakarya tentang "Padi di Indonesi", di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik soal ketidakmampuan indonesia dalam berswasembada beras, seperti juga telah dilansir pada situs resmi milik IPB.

Ia melontarkan pertanyaan yang disebutkan "mestinya direnungkan  oleh bangsa Indonesia", yakni berupa pertanyaan mengapa Indonesia yang iklimnya mendukung, belum mampu juga swasembada beras. Karena itulah, kemudian IPB bekerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis dan CIRAD--sebuah lembaga penelitian bidang agronomi tropis  --mengadakan lokakarya bertajuk "Padi  di Indonesia", yang telah diselenggarakan pada awal Juni 2003 di kampus IPB, Darmaga, Bogor.
  
Semetara itu, dalam pidato pembukaan lokakarya tersebut,  Wakil Rektor IV IPB Dr Ir Asep Saefuddin menandaskan bahwa padi sampai saat ini sering diabaikan keberadaannya. Padahal, padi merupakan komoditas strategis yang ikut memberi ciri jati diri
dan daya ketahanan bangsa Indonesia.
    
Karena itu, momentum lokakarya itu digunakan untuk memperoleh  gambaran komprehensif tentang permasalahan padi dari peserta lokakarya, baik dari kalangan ilmuwan, mahasiswa, analis maupun melalui diskusi.
   
Selain mengundang Dr Robin Bourgeois dari CIRAD/CGPRT, narasumber lainnya adalah Dr Gatot Iryanto (Director IHARI), Dr Ahmad Fagi
(Secretary AARD), Dr Benny Rachman (Director CASER), Dr Suwandi (PT. AGRINDO), Dr Bayu Krisnamurti (PSP IPB), Dr Agus Saefullah (BULOG), dan Dr Hartisari Hardjomidjojo (Agroindustrial Technology IPB).
   
Dalam lokakarya tersebut juga dihasilkan beberapa usulan dan upaya agar Indonesia dapat kembali berswasembada beras.Usulan pemetaannya  melalui  jalur ekosistem,  yaitu hambatan dalam perkembangan tanaman padi dari sisi ekologi, juga pengembangan potensinya.  Kemudian teknologi, yaitu berupa hambatan teknologi dalam hasil padi, dan pada sisi perekonomian, yaitu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan petani tentang penanaman padi.
    
Sedangkan pada pasca panen, yakni bagaimana pengelolaan pasca panen yang mempengaruhi kualitas dan ketersediaan beras. Dari lokakarya tersebut muncul beberapa usulan mengenai pentingnya mengembangkan "Greener Green Revolution" (revolusi hijau yang lebih hijau, lebih berwawasan lingkungan), dan pemberlakuan "land reform" (kesadaran agraria), dan suatu upaya yang komprehensif bagaimana meningkatkan "citra petani padi", sehingga akan mendorong petani untuk menggunakan lahannya untuk menanam padi, ketimbang komoditas pertanian yang lainnya.(Kd/Bg/Ab)

<>