Warta

Konflik Aceh Harus Diselesaikan Melalui Pendekatan Kultural

NU Online  ·  Ahad, 20 April 2003 | 15:29 WIB

Jakarta, NU ONLINE, Konflik Aceh kembali memanas dengan adanya rencana operasi militer. Dalam kaitan dengan rencana ini, selain terdapat beberapa kalangan yang mendukung operasi militer ini, juga terdapat golongan yang tidak setuju, terutama dari kalangan intelektual dan ulama, dan tentu saja warga Aceh sendiri. Nurcholis Madjid dalam menanggapi rencana ini mengatakan “Saya tidak setuju dengan pendekatan militer frontal” ungkap Cak Nur, yang kami kutip dari Liputan6.com. Pendekatan yang harus diilakukan adalah pendekatan kultural.

Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi juga optimistis Cessation of Hostilities Agreement (CoHA) (kesepakatan penghentian kekerasan) masih dapat dijalankan kembali asal Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) masih mau menahan diri dan berunding.
Untuk itu, kata Hasyim, Pemerintah Indonesia diminta untuk bersabar lagi agar tidak menggelar operasi militer di Aceh "Jika masih bisa berdiplomasi, ya perundingan dijalankan. Tapi, kalau memang GAM telah benar-benar tidak patuh dan sengaja menggunakan kekuatan militer, maka saya kira pemerintah tahu apa yang harus dia lakukan," kata Hasyim diplomatis seperti yang kami kutip dari Tempo Interaktif.

<>

KH Hasyim Muzadi juga mempertanyakan peran Henry Dunant Center. HDC sering memberitakan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan TNI dan Polri, tapi mengabaikan pelanggaran yang dilakukan GAM. Dari laporan yang dia terima, GAM memang tidak mempunyai itikad baik untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Misalnya, GAM tidak mau menyerahkan senjata yang dimiliki seperti seperti termaktub pada pasal-pasal CoHA.

Demikian juga dengan Gus Dur. Ia juga tidak setuju dengan rencana operasi militer ke Aceh. “Ini akan mengulang kasus DOM dan akan menimbulkan radikalisme di Aceh” ungkapnya ketika berbicara dalam diskusi Universalitas Kemajemukan Menuju Perdamaian Dunia di Hotel Sahid kemarin, “Rencana serangan militer hanyalah kepentingan politik beberapa kelompok saja” tambahnya.

“Pendekatan militer tidak akan menyelesaikan masalah” ungkap Rizka Hasan, salah satu gadis cantik aktivis PMII asal dari Aceh yang tinggal di Jakarta. “Yang penting adalah bagaimana bisa merebut hati rakyat Aceh” tambahnya “dan hal ini tidak dapat dicapai dengan kekerasan. Ini hanya bisa dilakukan dengan pendekatan kultural, dan usaha peningkatan kesejahteraan rakyat Aceh yang selama ini terabaikan“ ungkapnya kepada NU Online.(Mkf).
 

(Sumfber : kcm/tempointeraktif/liputan6)