Warta

KH Subkhan Makmun: Film PBS Upaya Menjauhkan Ulama dari Umat

NU Online  ·  Sabtu, 14 Februari 2009 | 05:36 WIB

Brebes, NU Online
Pengasuh pondok pesantren Assalafiyah Luwungragi Kabupaten Brebes Jateng memandang Film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) penuh muatan wahabiyah dan
mengada-ada. Bahkan Film tersebut sengaja menggiring penonton untuk menjauhkan ulama dari umatnya.

“Dengan menjauhkan diri dari kehidupan pesantren salaf, sama saja menggiring pemirsa untuk tidak patuh pada titah ulama. Padahal ulama itu Warisatul Anbiya,” tukas Kiai Subekhan dalam perbincangan dengan NU Online di rumahnya Kompleks Ponpes Assalafiyah, Jumat Sore (13/2).<>

Kalau ulama sudah dijauhi, masih kata Kiai, lalu kepada siapa lagi akan mencari figur sentral? “Terbukti, desa yang ada ulamanya, dijamin aman dan barokah,” tandas Kiai.

Kiai sangat menyayangkan kecerobohan sutradara Hanung Bramantyo yang memandang Pesantren Salaf dan Islam dari sisi kulitnya saja. Sehingga dalam pemaknaan perkawinan dan perempuan digambarkan dengan kerendahan sisi perempuan itu sendiri dengan dalih 'modernisasi'.

Padahal Islam sangat menjunjung tinggi perempuan dan pengorbanan perempuan tidak senaif yang digambarkan dalam film drama tersebut. “Dengan di poligami, ini seakan-akan Islam hanya melampiaskan nafsu seks belaka. Kiai dipesantren salaf tidak sebodoh itu mempoligami,”  gugatnya.

“Yang jelas, Hanung memaknai Al quran sepotong-sepotong,” lanjutnya.

Film yang diadaptasi dari novel karya Abidah Al Khalieqy, menurut Kiai sangat melecehkan Ulama dan Islam. Dia mewakili pesantren salaf mendesak kepada Lembaga Sensor Film untuk mempending film tersebut untuk dikaji ulang.”Kami mendesak Lembaga Sensor Film untuk mem-pending-nya. Kalau bisa ditarik sekalian,” desak Kiai Subekhan.

Kiai yang juga Ahli Tafsir ini membantah kalau kehidupan pesantren penuh dengan penganiayaan sebagaimana digambarkan dalam film PBS. “Tidak ada aniaya dalam pesantren. Yang ada hanya pendidikan yang memberi sekat tegas antara hubungan santriwan dan santriwati demi menjaga martabat perempuan,” tukasnya tegas.

Hanung Bramantyo, lanjut Kyai, diminta untuk bertobat. Pasalnya apa yang telah dilakukan Hanung dengan mengangkat Novel-novel Islami ke dalam sineas seakan
menunjukan kalau dirinya Islami. “Tapi sesungguhnya justru melecehkan Islam akibat dangkalnya Hanung tentang Islam,” kritik Kiai.

Kiai Subekhan berharap, sebelum para ulama marah dan nggrentesi para crew film tersebut, ada baiknya film tersebut ditarik. “Jangan membodohi publik dengan fakta dan data yang cuma mengada-ada,” pungkasnya. (was)