Jakarta, NU. Online
Kondisi Lingkungan global sampai saat ini dalam keadaan yang rawan dan upaya perlindungan lingkungan belum juga memuaskan. kondisi ini tidak bisa didiamkan, "harus ada upaya yang serius baik dari individu, organisasi non pemerintah, pemerintah lokal hingga pemerintah Pusat untuk melakukan tindakan-tindakan yang komprehensif serta terus menerus untuk memperbaiki lingkungan dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan". demikian ungkap KH. Sahal Mahfudz, Ketua Syuriah PBNU kepada NU.Online, menanggapi perayaan hari lingkungan hidup dunia 5 Juni lalu.
Data dari Departemen Kehutanan disebutkan bahwa kerusakan hutan dan lingkungan sudah mengkhawatirkan. Kondisi tanah kritis di Indonesia saat ini mencapai 43 juta hektar dengan laju kerusakan hutan dalam 10 tahun terakhir mencapai 1,6 juta hektar per tahun. Penebangan kayu liar dan peredaran kayu ilegal diperkirakan mencapai 50,7 juta m3 per tahun, dengan perkiraan kerugian finansial mencapai Rp 30,42 triliun per tahun. "Akibat lebih lanjut dari kegiatan perusakan lingkungan itu terjadinya kerusakan dan kerugian secara ekologis yaitu hilangnya beberapa species keanekaragaman hayati dan terjadinya bencana alam " lanjutnya.
<>Ditanya tentang sikap NU tentang lingkungan hidup, "Ini bukan saja sikap NU tapi sikap Islam secara keseluruhan bahwa Islam sangat peduli dengan pemeliharaan lingkungan hidup dan ekosistem", ungkapnya. Lingkungan hidup, baik flora dan fauna adalah aspek yang menyatu dalam kehidupan jadi kita semua patut menjaganya.
Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari elemen bangsa, mempunyai komitmen yang tinggi terhadap persoalan lingkungan dari tingkat lokal hingga tingkat global. Persoalan lingkungan adalah persoalan bersama sehingga partisipasi organisasi keagamaan seperti NU yang mempunyai basis massa yang besar dapat memberikan kontribusinya dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dalam bentuk Pendidikan Lingkungan Berbasis Sekolah dan Pesantren "Komitmen ini diwujudkan dengan melakukan kerjasama antara pesantren dengan Dephut. dengan melakukan pemeliharan hutan, memanfatkan tanah perhutani dan melakukan penghijauan". ungkapnya.
Kerjasama ini pernah dilakukan secara serius, namun sangat disayangkan terhenti di tengah jalan. "karena dari dephut sendiri tidak serius melakukan upaya kerjasama dengan pesantren", tambahnya.
Lebih jauh KH. Sahal Mahfudz mengungkapkan, terhentinya kerjasama ini diakibatkan banyak hal, dari mulai lambatnya birokrasi, mentalitas polhut dan adanya kerjasama oknum dephut dengan mavia perkayuan, sehingga mengabaikan kerja-kerja yang dilakukan pesantren untuk melakukan upaya pemeliharaan dan perbaikan lingkungan.
Ditanya mengenai solusi itu ?, ia menjawab, "Selama ini tidak ada solusi yang kongkrit dari dephut dan program-program yang digagas sebelumnya dengan pesantren tidak lagi berjalan". Harapannya kedepan pihak dephut harus lebih serius menanggapi mitra dari luar seperti pesantren yang ikut berpartisipasi dalam mengelola lingkungan, "Harus ada kesinambungan program dan saling kerjasama", tegasnya(Cih)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua