Warta BAHTSUL MASA’IL

KH Ma’ruf Amin: Persoalan Keagamaan Terus Berkembang, Diperlukan Bahtsul Masa'il

NU Online  ·  Senin, 23 Agustus 2010 | 11:40 WIB

Jakarta, NU Online
Berbagai persoalan keagamaan terus muncul di tengah-tengah masyarakat, sementara ketersediaan nash baik Al-Qur’an dan Hadits yang memberikan solusi berbagai persoalan cukup terbatas.

Karena itu, menurut Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin, diperlukan adanya ijtihad atau usaha sungguh-sungguh untuk merumuskan jawaban berbagai persoalan keagamaan yang terus berkembang di masyarakat. Kiai Ma’ruf adalah salah seorang yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.<>

“Persoalan keagamaan terus berkembang, sementara jumlah nash sangat terbatas. Bisa mungkin cuma 10 persen saja. Jadi 90 persennya harus dengan ijtihad. Saya termasuk yang tidak setuju ijtihad itu telah tertutup. Mungkin orang mengatakan kalau saya ini terlalu maju,” kata Kiai Ma’ruf Amin ditemui NU Online di kediamannnya Jakarta akhir pekan lalu.

Sebagian masalah telah diijtihadi oleh para ulama yang dituangkan dalam kitab-kitab kuning. Sementara sebagian lainnya belum. Maka dalam tradisi masyarakat pesantren dan organisasi Nahdlatul Ulama diadakan forum Bahtsul masail atau pembahasan masalah keagamaan secara bersama-sama.

Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail ini menjadi sarana ijtihad bersama antara para ulama dan santri untuk menjawab berbagai persoalan yang terus berkembang.

“Di lingkungan NU, Muktamar dan Munas itu dulu isinya ya bahtsul masail. Lalu karena persoalan keagamaan selalu berkembang maka diadakan lembaga khusus yang bernama Lajnah atau Lembaga Bahtsul Masail,” katanya.

Ia menambahkan, pada forum Munas NU di Bandar Lampung tahun 1992 para kiai yang dipelopori Kiai Ma’ruf Amin sendiri membuat rumusan tentang Sistem Pengambilan Keputusan Hukum di lingkungan NU, terutama mengenai persoalan yang belum termuat dalam hasil ijtihad para ulama di kitab-kitab kuning. (nam)