Warta

Kehancuran Pertanian Indonesia Sudah "Lampu Merah"

NU Online  ·  Selasa, 2 Maret 2004 | 02:23 WIB

Jakarta, NU Online
Paradigma lama politik pertanian di Indonesia yang masih menerapkan prinsip-prinsip pertanian bercorak tradisional, bertumpu pada aktivitas produk primer, bersifat eksploitatif, yang mempercepat meningkatnya petani gurem dan buruh tani harus ditinggalkan, dan digantikan dengan paradigma baru yang holistik.

"Proses perusakan sumberdaya alam dan kehancuran pertanian kita yang sudah berada dalam posisi ’lampu merah’ harus dihentikan segera melalui keputusan negara," demikian disampaikan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ahmad Ansori Matjjik,
MSc di Kampus Darmaga, Senin.

<>

Pernyataan itu disampaikan saat memulai gerakan mengusung tema "Menjadikan Pertanian Sebagai Platform Pembangunan" yang segera "dijual" IPB kepada seluruh partai politik (Parpol) yang akan berlaga pada Pemilu 2004.

IPB sendiri merupakan perguruan tinggi yang membuka lebar-lebar pintu kampusnya untuk dijadikan ajang kampanye bagi semua Parpol peserta Pemilu, namun dengan aturan main yang sudah ditetapkan yakni, tidak membawa massa, berbentuk diskusi, dan diliput terbuka oleh media massa.

Ia mengatakan, paradigma baru pertanian yang menggantikan corak tradisional bersifat holistik-berkelanjutan dengan corak modernisasi, berdaya saing bisnis dan ramah lingkungan. "Proses alih teknologi dan upaya pelestarian alam menjadi kunci pokok untuk melakukan percepatan pembangunan pertanian Indonesia," katanya.

Dengan menjadikan pertanian sebagai "platform" pembangunan ekonomi nasional, katanya, maka perlu dukungan dari seluruh bangsa untuk melakukan perubahan visi, misi dan strategi operasional pembangunan pertanian pasca Pemilu 2004.

Dalam konteks itu, kata dia,  peningkatan kapasitas daerah dan pemberdayaan petani --termasuk nelayan-- menjadi faktor penting, sehingga terjadi suatu gerakan masyarakat, bersama pemerintah dengan "all out" guna memerangi kemiskinan dan meraih
kejayaan bangsa.
    
Enam isu utama

Paradigma politik pertanian holistik-berkelanjutan yang berbasis SDA sebagai "platform" pembangunan ekonomi nasional yang ditawarkan IPB kepada konstestan Pemilu dan masyarakat luas, mencakup enam isu utama, yang merupakan hasil kajian mendalam
seluruh pakar-pakar di institut pertanian terbesar se Asia Tenggara itu.

Pertama, pertumbuhan ekonomi berbasis keseimbangan dan berkeadilan, kedua: modernisasi pertanian berbasis agribisnis dan ekosistem, ketiga: ketahanan pangan berbasis diversifikasi dan kemandirian, ke-empat: pemberdayaan petani dan nelayan berbasis karakteristik wilayah dan kompetensi.

Isu kelima: restrukturisasi institusi pengelola sektor pertanian menjadi pengelola sektor agribisnis berbasis efektivitas dan efisiensi, dan ke-enam: pengembangan kesehatan holistik sebagai bagian integral dari sistem ketahanan nasional.

"Dengan paradigma tersebut diharapkan terjadi struktur ekonomi Indonesia yang mampu segera mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pendapatan riil petani, menciptakan lapangan kerja baru dan memperbesar devisa dari sektor pertanian bagi negara," demikian Ahmad Ansori Matjjik.(red)