Jakarta, NU Online
Pesatnya perkembangan Islam di Barat tidak sepenuhnya menggemberikan. Sejumlah ancaman justru datang dari para penguasa setempat, berupa munculnya undang-undang dan peraturan pemerintah yang membatasi gerak umat Islam. Islam yang tampak di Barat adalah Islam gerakan. Pengurus PBNU dalam lawatan ke beberapa negara Eropa mengenalkan Islam kultural yang damai dan meneduhkan untuk menunjukkan Islam itu tidak seperti dalam gambaran mereka.
"Untuk mengurangi Islamophobia, wajah Islam yang sebenarnya harus ditunjukkan. Islam bukan seperti dalam bayangan mereka yang dipenuhi oleh penganut dengan tindakan-tindakan kekerasan. Islam tidak bisa disamakan dengan tindakan teroris,"ujar Ketua LDNU KH Nuril Huda kepada NU Online di Jakarta, Selasa.
<>Apalagi, lanjut Kiai asal Lamongan Jatim itu, jika dilihat secara lebih jernih, berbagai macam organisasi (gerakan) terorisme Internasional seperti Irish Republican Army (IRA) Inggris, Red Army Factun (RAF) dan Neo-Nazis Jerman, Red Brigade (Italia), Narodnaya Volya (Rusia), Irgun dan Masada (Israel), Front de Liberation National (Aljazair), Aum Shinrikyo (Jepang), dan M-19 (Kolumbia) merupakan jajaran teroris dengan latar belakang penganut agama tertentu, yang tidak bisa digeneralisir sebagai bagian dari ajaran keagamaan mereka.
Ketakutan akan Islam memang sedang menggejala. Belum lama ini, seorang anggota partai dari pemerintah koalisi pimpinan Perdana Menteri Itali Silvio Berlusconi mengusulkan rencananya agar pemerintahan Itali membuat sebuah undang-undang yang berisi pengawasan ketat terhadap segala kegiatan masjid kaum muslim. Seorang anggota Northern League (LN), Federico Bricolo, menyatakan kebijakan itu sebagai cara mengawasi masjid karena tempat ibadah itu berpotensi membenci Barat. Bricolo menuduh, akta yang diusulkan itu perlu didukung guna mencegah ‘terorisme Islam’, ujarnya seperti dikutip The Guardian, kemarin.
“Masjid di Itali bukan sekadar tempat ibadah tetapi juga menjadi pusat latihan teroris dan menyebarkan propaganda membenci Barat. “Serangan di Madrid menunjukkan betapa bahaya terorisme Islam, yang perlu kita tangani dalam negara ini juga,” tuduh Bricolo.
Pengurus Persatuan Kebudayaan Islam Milan, Mahmmoud Asfa, menganggap usulan Northern League (LN) itu bukanlah perkara baru bagi umat Islam Itali yang menurutnya terkenal dengan retorika anti orang asing. Partai ekstremis itu menurut Asfa bahkan pernah berkampanye supaya semua warga asing diusir, termasuk warga muslim di Itali. Beberapa tahun lalu, koran Itali, La Stampa dan La Repubblica pernah memuat berbagai sikap tidak ramah pemerintah negara itu yang melarang muslimah memakai jilbab. Bulan September 2001, Perdana Menteri Itali Silvio Berlusconi dikabarkan mengucapkan pernyataan yang bernada menghasut dan membakar sikap anti-Islam dengan mengatakan peradaban Islam lebih rendah dari Barat.
Hingga kini, jumlah warga muslim Itali dikabarkan telah mencapai 1 juta orang yang hidup menyebar di seluruh negara itu, dan merupakan agama kedua terbesar di Itali setelah agama Kristen. Negara lain yang populasi Islamnya membludak adalah Perancis dan Inggris. (MA/rtr/grd)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
4
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua