Warta RAKERNAS MAARIF NU

Kebijakan Pemberian Beasiswa Tak Tepat

NU Online  ·  Jumat, 22 Januari 2010 | 23:33 WIB

Bandung, NU Online
Dengan jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta rupiah, kebijakan pemberian beasiswa untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia bukanlah kebijakan yang tepat. Jumlah dana yang terbatas hanya dimanfaatkan oleh segelintir siswa yang memperoleh beasiswa itu.

“Mana yang paling urgen, membantu satu orang dengan 150 juta atau dana itu kita gunakan untuk pesantren yang bisa dimanfaatkan oleh 200 orang,” kata Dirjen Bimas Islam dalam acara pembukaan raker Maarif NU di Bandung Jum’at (22/1) malam.<>

Salah satu kebijakan yang digulirkan Depag adalah beasiswa santri dengan menawarkan beasiswa untuk belajar di beberapa universitas terbaik di Indonesia seperti ITB, UI, UGM, IPB, Unair dan lainnya.

“Kita masih tahap membangun sistem. Yakinkan kita bahwa yang pernah kita ITB- kan, tak akan pulang ke pondok pesantren. Mau ngajar apa di situ, kalau dana itu dipakai membesarkan pondok, lebih banyak yang bisa  terangkat,” tandasnya.

Kebijakan pemberian beasiswa ini, hanyalah model peniruan pada negara-negera kecil yang jumlah penduduknya sedikit seperti Malaysia dan Singapura sementara negara-negara dengan jumlah penduduk besar seperti Amerika Serikat atau China sangat sedikit mengucurkan beasiswa untuk penduduknya.

“Belum waktunya kita membagikan uang beasiswa, masih banyak pesantren yang bocor. China juga memberikan beasiswa, tetapi sangat sedikit, uangnya untuk membangun sekolah, jadi sistemnya yang dibangun,” tegasnya.

Pada tahun anggaran 2010 ini, Depag memperoleh anggaran pendidikan sebanyak 23-8 trilyun, peningkatan yang luar biasa dibandingkan lima tahun yang lalu yang anggarannya hanya 11 Trilyun. Nasaruddin yang juga Katib Aam PBNU ini berharap keberadaan anggaran ini bisa merubah wajah sekolah-sekolah Maarif NU menjadi lebih baik. (mkf)