Warta

Jika Si Buta Tadarrus di Malam Ramadhan

NU Online  ·  Senin, 24 September 2007 | 18:44 WIB

Temanggung, NU Online
Udara malam musim kemarau yang dingin menusuk kulit seolah tidak dirasakan para penderita tuna netra di Panti Tuna Netra dan Tuna Rungu Wicara (PTNTRW) "Penganthi" di Kabupaten Temanggung. Mereka tetap khusuk menikuti salat tarawih dan tadarus Al Quran bersama di bulan Ramadan.

Begitu terdengar suara adzan Isya, para penghuni asrama yang terletak di Jln. Suyoto No. 70 Temanggung, berduyun-duyun dan saling bergandengan menuju masjid Al Hidayah. Setelah mengambil air wudhu mereka masuk ke dalam masjid duduk berjajar. Selepas berjamaah Isya dan Tarawih serta Witir, mereka takzim mengikuti kultum (kuliah tujuh menit dan melakukan tadarus seperti muslim lain yang mempunyai penglihatan sempurna. Tentu saja mereka membaca Al Quran berhuruf Arab braille yang tersedia di masjid Al Hidayah.

<>

Suara Nurul Witri (21) terdengar nyaring mengawali tadarus malam itu. Selain Nurul yang berasal dari Purbalingga, Suhudi (30) asal Banyubiru Kabupaten Semarang dan Lutfi (25) dari Ajibarang, Banyumas juga mengumandangkan ayat-ayat Al Quran hingga tengah malam.

Sambil meraba huruf per huruf, Nurul yang buta sejak usia 14 tahun tersebut terlihat fasih dan lancar membaca Al Quran berhuruf Arab braille. Anak kedua pasangan Muhammad Arifin dan Sugiati ini sudah menempati asrama Panti Penganthi Temanggung sejak 1,5 tahun lalu untuk belajar memijat. Dia merupakan satu dari sedikit anak di panti yang telah menguasai benar teknik membaca huruf Arab Braille.

Sejak lima tahun lalu dia mengaku telah membaca Al Quran dengan huruf Arab braille yang didapatnya dari belajar di SLB A Pemalang, Jawa Tengah. Selama Ramadan, Nurul juga membagi keahliannya membaca Al Quran Arab braille pada teman-temannya di panti. Sebelum buta, Nurul pernah mengenyam pendidikan umum di hingga kelas 2 SMP ini.

Suhudi dan Lutfi memang belum dapat membaca Al Quran berhuruf Arab braille, tapi keduanya hafidz (hafal) beberapa jus Al Quran. Suhudi mampu menghafal 10 juz dan Lutfi hafal tujuh juz. Mereka mampu menghafal ayat-ayat Al Quran hanya dengan cara mendengarkan.

Suhudi yang telah menghuni panti sekitar dua tahun ini sebelumnya belajar menghafal Al Quran di Pondok Pesantren Tegaron Banyubiru, sedangkan Lutfi yang baru tinggal di panti selama dua bulan ini belajar menghafal Al Quran lewat lantunan suara sepupunya, Banur Izah.

Lutfi dapat menghafal tujuh juz Al Quran selama lima tahun, selain dari sepupunya juga mendengarkan dari suara kaset. Menurut dia, kalau ayat pendek semalam bisa menghafal sampai tiga ayat, namun kalau ayat panjang hanya mampu menghafal satu ayat.    

Ia mulai tidak bisa melihat saat usia 12 tahun. Sebelum buta ia pernah mengenyam pendidikan SD hingga kelas V. Sebenarnya Lutfi pernah menjalani operasi mata, namun gagal.   

Para penghuni panti merasa lebih senang tinggal di panti milik Dinas Sosial Profinsi Jateng ini karena banyak teman senasib.

Pesantren Ramadan

Kasi Rehabilitasi dan Penyaluran PTNTRW Penganthi, Bambang mengatakan, dalam menyambut bulan suci Ramadan pihaknya menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang dikemas dalam pesantren Ramadan.

Kegiatan tersebut, katanya, bekerja sama dengan sejumlah lembaga. "Kami mengundang ustaz Lanang Mudadi dari Pondok Assalam Kranggan untuk berceramah tentang aqidah dan ubudiyah dan seorang guru MAN Temanggung, Ismail untuk membimbing seni baca Al Quran, selain itu juga dilakukan bimbingan rohani dari para pembimbing dari dalam panti.

"Untuk belajar membaca Al Quran berhuruf Arab braille kami mendatangkan guru dari Yogyakarta bernama Zainudin yang memberikan materi setiap hari Jumat," katanya.

Pada malam hari, katanya, digelar salat Tarawih dilanjutkan dengan tadarus Al Quran berhuruf Arab braille. Kemudian mejelang waktu sahur sejumlah siswa melakukan ronda "klotekan" berkeliling kampung sekitar panti membangunkan warga untuk melakukan sahur.

Ia mengatakan, dalam ronda "klotekan" mereka membawa perangkat alat musik antara lain beberapa alat karawitan ditambah simbal dan tamtam. Kegiatan ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat sekitar panti.

"Suasana bulan Ramadan di panti lebih hidup dibanding bulan-bulan yang lain, karena semua siswa terlibat dalam kegitan Ramadan dan kebetulan 99 persen penghuni beragama Islam," katanya.

Penghuni panti berjumlah 100 orang terdiri 78 orang penderita tuna netra dan 22 orang tuna rungu wicara.

Panti Penganthi, katanya merupakan lembaga rehabilitasi sosial yang bertujuan agar mereka yang menyandang tuna netra dan tuna rungu wicara dapat hidup mandiri atau mengembalikan fungsi sosial mereka secara wajar.

Menurut dia, selama ini orang tua yang mempunyai anak cacat menganggapnya sebagai aib sehingga lebih banyak disembunyikan. Para siswa penghuni panti mempunyai solidaritas sangat tinggi, mereka selalu mengajari teman-temannya yang belum mampu.

Para siswa di panti, selain belajar baca tulis berhitung, juga mendapatkan sejumlah keterampilan, antara lain keterampilan tangan dan home industri baik bagi penderita tuna netra maupun tuna rungu wicara, sedangkan keterampilan jasa pijat khusus untuk tuna netra, keterampilan menjahit dan salon kecantikan untuk tuna rungu wicara. (ant/nun)