Warta KONFERENSI PETANI SEDUNIA

Israel Jadi Hama Utama Pertanian Palestina

NU Online  ·  Selasa, 21 Oktober 2008 | 04:22 WIB

Maputo, NU Online
Konflik berkepanjangan di Palestina tidak menyurutkan petani di kawasan itu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional mereka dengan menanam berbagai tanaman pangan.

Namun agresi tentara Israel adalah “hama” tanaman yang paling utama. Mereka mencabuti tanaman dan memboldoser lahan pertanian rakyat. Bahkan tidak jarang petani ditembaki dan tidak sedikit yang mati sehingga petani tidak bisa berproduksi lebih tinggi.<>

Demikian disampaikan Rula Al Khateeb, sekretaris Ittihadul Muzari'in al-Falastini (Serikat Petani Palestina) kepada NU Online di sela-sela Konferensi petani sedunia La Via Campesina di Maputo, Mozambik, Afrika.

“Tentara Israel merupakan hama yang mematikan bagi pertanian bangsa Palestina, melebihi hama lainnya,” katanya.

Dikatakan, lahan yang ada di Tepi Barat, jalur Gaza dan Ramallah adalah lahan yang cocok untuk tanaman berharga seperti tin, zaitun, kurma dan berbagai macam sayuran.

Padang rumput yang subur juga memungkinkan dikembangkannya peternakan yang menguntungkan. Sapi, kambing dan kuda yang menghasilkan daging dan susu, serta unggas, sehingga daerah subur itu menjadi lumbung pangan bagi bangsa Palestina.

Problem lainnya yang dihadapi petani kecil di Palestina saat ini adalah ketidakseimbangan antara ongkos produksi dengan hasil dan harga jual yang mereka terima. Tetapi setidaknya usaha tersebut telah menyumbang kebutuhan panagan rakyat.

Menurut Rula, kebanyakan petani  Palestina adalah orang Badui yang nomad, sehingga kehadiran mereka sangat mengganggu usaha Israel menguasai lahan. Mereka adalah kelompok patriotik yang gigih mempertahankana lahan dan tanah air Palestina, karena mereka berdiri di garda paling depan.

Karena itu bangsa Palestina juga merasa tertolong oleh hadirnya petani, tidak hanya sebagai pensuplai makanan, tetapi juga sebagai penjaga keamanan.

Meski begitu pengerjaan lahan pertanian dilakukan dengan cara yang serba terbatas, dan masih sangat tradisional dibandingkan dengan pertanian Israel yang sudah sanagat modern. Namun usaha petani ini telah memberikan sumbangan cukup besar bagi palestina.

Menurut Rula, setidaknya saat ini pertanian Palestina telkah menyumbang 43 persen bagi kebutuhan pangan negeri itu. Sisanya diimpor terutama dari Israel.

Melihat kenyataan itu Rula yakin, jika situasi aman petani palestina akan lebih besar kemampuannya dalam meproduksi pangan sehingga kedaulatan bangsa itu secara politik juga akan semakin besar ketika kedaulatan pangan juga sudah sangat besar. Di sini isu kedaulatan pangan itu mendapat relevansi yang sangat kuat.

Dikatakannya, modernisasi pertanian sudah dimulai oleh Ittihadul Muzari'in. Berbagai pelatihan dan eksperiman dilakukan oleh lembaga itu bersama para petani, sehingga hasilnya cukup memberikan harapan.

Para pertani Palestina, lanjutnya, tidak hanya cara berproduksi, tetapi juga bergerak dalam bidang peningkatan mutu serta pemasaran. Dikatakannya, produk petani telah mendapat sertifikasi sehingga diterima di berbagai pasar internasional. (mdz)