Warta

Islam Timor Leste Berkultur NU

NU Online  ·  Selasa, 24 Februari 2004 | 10:14 WIB

Jakarta, NU Online
Meski Nahdlatul Ulama (NU) belum berkembang baik di Timor Leste, namun kegiatan ritual umat Islam, seperti salat, peringatan tradisi kegamaan dan sebagainya  bercirikan khas NU.  Orang Islam di Timor Leste saat melakukan ibadah salat subuh pakai qunut, suka tahlilan, dan melakukan tradisi NU lainnya.

Demikian disampaikan President Centro Da Comuniade Islamica De Timor Leste (MUI-nya Timor Leste) Arif Abdullah Sagran kepada NU Online, di sela-sela sidang Komite I, International Conference of Islamic  Scholars (ICIS), Selasa (24/2).

<>

Arif Abdullah sendiri merupakan salah satu peserta resmi ICIS dari negara tetangga baru Indonesia itu. Ia mewakili suatu badan resmi milik pemerintah Timor Leste. Kehadirannya di ICIS diakui Arif sekaligus untuk memperkenalkan kondisi kehidupan umat Islam di Timor Leste yang minoritas.

Lebih jauh Arif menjelaskan, selama ini perkembangan Islam di Timor Leste tidak mengalami masalah. Sebab, katanya, Timor Leste bukan negara berdasarkan agama, melainkan negara sekuler. Sehingga semua agama dapat hidup dan berkembang di Timor Leste. "Hal ini menguntukan umat Islam yang minoritas  di Timor Leste. Jadi apa yang diberikan negara kepada mayoritas, hal yang sama diberikan juga kepada minoritas," ujarnya.

Ditambahkannya, kehidupan antar umat beragama di Timor Leste sangat baik. Semua kebijakan negara, seperti perencanaan undang-undang  selalu melibatkan umat Islam. "Bahkan, Idul Fitri dan Idul Adha sudah menjadi hari libur nasional di negara kami. Ini merupakan pengakuan negara meski Islam hanya satu persen," tutur Arif yang Asli Timor Leste ini.

Masih banyak hal yang bisa dijelaskan menyangkut toleransi kehidupan beragama di Timur Leste. Salah satunya, meski Islam cuma satu persen, tapi Perdana Menteri Timor Leste Mari Alkatiri berasal dari orang muslim.  "Walaupun dia tidak mewakili kaum muslim, berasal dari partai pemenang pemilu Fertelin, tapi umat Islam di sana patut bersyukur. Perdana menteri yang Muslim dapat diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat Timor Leste," tandas Arif dengan bahasa Indonesia yang fasih.

Selanjutnya, Arif menuturkan, negaranya masih banyak kekurangan, baik dana maunpun sumberdaya manusia untuk mengembangkan dakwah pendidikan Islam di Timor Leste. Sebagaimana diketahui,kehidupan masyarkat Timor Leste masih hidup dari bantuan negara-negara donor, khususunya PBB. "Jadi perjuangan kami masih sangatlah panjang," katanya.

Oleh karena itu, masyarakat muslim Timor Leste, akan banyak belajar dan minta bantuan dari umat Islam di Indonesia. Sebab, masyarakat Indonesia sudah tahu persis karakteristik orang Tomor Leste.  "Kita masih saudara. Bergabun sdelama 24 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk saling mengenal. Jadi kalau belajar Islam akan lebih cepat," jelasnya.Disinggung komentarnya tentang ICIS, Arif mengungkapkan dirinya merasa bahagia dan banga, sebab bisa bergaul dengan dunia Internasional.

Selain itu, Ia mengaku mendapat banyak sekali informasi tentang Islam dari berbagai negara. "Yang terpenting adalah saya bisa menginformasikan kepada masyarakat dunia internasional bahwa di Timor Leste terdapat umat Islam yang diakui keberadaanya," paparnya. Dalam kesempatan itu Arif bertemu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan menyampaikan salam Presiden Timor Leste Xanana Gusmau. Sekitar 10 menit Arif dan Gus Dur sempat berbincang-bincang dan bersenda gurau. (sby)