Nasional

Malam Senin Gerhana Bulan Total, Dapat Disaksikan di Seluruh Indonesia

NU Online  ·  Rabu, 3 September 2025 | 13:00 WIB

Malam Senin Gerhana Bulan Total, Dapat Disaksikan di Seluruh Indonesia

Ilustrasi gerhana. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Gerhana bulan total akan terjadi pada Ahad (7/9/2025) malam atau malam Senin bertepatan dengan 15 Rabiul Awal 1447 H. Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menyebut bahwa seluruh Indonesia dapat menyaksikan peristiwa langit ini.


"Seluruh Indonesia diperhitungkan memiliki kesempatan untuk menyaksikan Gerhana Bulan ini, karena gerhana terjadi manakala waktu di Indonesia sudah malam hari dan Matahari sudah lama terbenam," kata KH Sirril Wafa, Ketua LF PBNU, melalui siaran tertulis pada Rabu (3/9/2025).


Adapun daratan yang menjadi wilayah Gerhana Bulan Total 15 Rabi’ul Awal 1447 H ini terbagi menjadi tiga zona. Zona pertama meliputi Asia, Australia, dan Afrika bagian timur yang dapat melihat seluruh fase gerhana secara utuh. Zona kedua dapat melihat sebagian fase gerhana meliputi Afrika dan Eropa. Zona ketiga mencakup wilayah Amerika yang tidak dapat melihat seluruh fase gerhana.


"Hanya daratan benua Amerika saja yang tak menjadi bagian dari wilayah gerhana," kata ulama ahli falak asal Kudus, Jawa Tengah itu.


Kiai Sirril, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa gerhana Bulan (kusuf al-qamar) terjadi saat Bumi, Bulan, dan Matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga dimensi dengan Bumi berada di antara Bulan dan Matahari.


"Dalam khazanah ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi bersamaan dengan oposisi Bulan-Matahari (istikbal) dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya," ujarnya.


Titik nodal, jelasnya, merupakan titik potong khayali di langit tempat orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy-syams), yakni bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.  


Kesejajaran tersebut berdampak pada terblokirnya pancaran sinar Matahari yang menuju ke Bulan oleh Bumi. Karenanya, Bulan purnama yang seharusnya terlihat di belahan Bumi yang mengalami malam akan menghilang dan muncul kembali.


"Maka peristiwa Gerhana Bulan hanya bisa terlihat di malam hari," kata dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. 


Mengingat ukuran Bumi lebih besar dibanding Bulan, maka pemblokiran cahaya Matahari tersebut terjadi secara merata di sekujur paras Bulan yang sedang terpapar sinar Matahari pada saat itu.


Lebih lanjut, Kiai Sirril juga menjelaskan bahwa pada Gerhana Bulan Total 15 Rabi’ul Awal 1447 H, Bulan diperhitungkan akan menempati kedudukan terdekat terhadap Bumi dalam orbitnya (posisi perigee) pada tiga hari sesudah gerhana.


"Saat Gerhana Bulan diperhitungkan terjadi, maka jarak Bulan ke Bumi adalah bervariasi mulai dari 361.815 km di awal gerhana hingga 361.300 di akhir gerhana (semua jarak terhitung dari paras Bumi ke paras Bulan)," ujarnya.


Kedudukan tersebut, lanjutnya, lebih dekat ketimbang jarak rata-rata Bulan ke Bumi, yaitu 376.300 km (terhitung juga dari paras Bumi ke paras Bulan). "Sehingga yang terjadi adalah Gerhana Bulan Total," imbuhnya.