Surabaya, NU Online
IPNU-IPPNU harus berfokus pada dunia pelajar dan keterpelajaran karena jika pada umur pelajar, dia sudah memasuki dunia politik, maka ia akan matang sebelum waktunya. Oleh karena itu harus dipersiapakan keilmuan yang cukup sebelum dia memilih.
Pernyataan tersebut diungkapkah oleh KH Hasyim Muzadi dalam pembukaan konges IPNU-IPPNU. Kondisi dunia pendidikan Indonesia saat ini sangat rendah dan ketekunan masyarakat terhadap dunia ilmu sudah jauh mengendor dan ini terbukti Indonesia mendapat peringkat 109, yang bahkan berada diluar Vietnam. “Semua orang menginginkan masuk dunia politik. Tidak jelas pekerjaannya tetapi jelas hasilnya” ungkapnya.
Hasyim Muzadi menjelaskan bahwa dunia pelajar memiliki beberapa unsur yang harus disatukan yang meliputi keilmuan, keagamaan, kebangsaan, perjuangan, keahlian atau profesionalitas. Jika IPNU-IPPNU mampu menyatukan unsur-unsur tersebut maka akan dapat mencetak nilai moral yang dapat dibawa kemanapun, karena setiap bidang membutuhkan moral, seperti moral politik, ekonomi, hukum, pendidikan, profesionalisme yang tumbuh dalam semangat keagamaan
Kekisruhan yang terjadi dalam berbagai bidang seperti dunia politik dengan berbagai konflik yang ada adalah disebabkan hilangnya moralitas dunia politik. Hal ini akan memutuskan dunia politik dengan masyarakat pemilihnya, atau menimbulkan politisasi aspirasi masyarakat. Hilangnya moralitas ekonomi menyebabkan terjadinya hukum rimba, dan hilangnya moralitas hukum menyebabkan tidak adanya keadilan. “Yang ada adalah fakultas hukum, bukan fakultas keadilan,” tambah Hasyim Muzadi.
IPNU harus bersentuhan dengan agama tidak hanya pada formulasi agama tetapi pada institusi agama dan hikmah ajaran agama. IPNU harus mampu membawa agama ini kepada Indonesia yang tidak membawa masalah. Bahwa yang terserap dalam agama adalah nilai yang harus dibawa dalam masyarakat kebangsaan sehingga bisa mengayomi seluruh negeri.
Tujuan NU dan banom-banomnya didirikan adalah mensyiarkan kehidupan agama pada tingkat kehidupan kemasyarakatan bukan pada nation state. Jadi pada civil society. Nilai-nilai agama harus dikemas dalam wawasan kebangsaan sehingga selamatlah agama dan negara sepanjang masa, sehingga tidak ada lagi gerakan agama yang menekan negara dan sebaliknya. IPNU-IPPNU ke depan diharapkan memiliki tingkat kepemimpinan yang demokratis, yang sehat, dan masalah-masalah kebangsaan dapat diserap dengan baik sehingga siap bertarung dimana saja.
Bagaimana para kader akan disalurkan harus dirumuskan dalam kongres ini, kalau melulu organisasi politik praktis hanya akan mendukung ketuanya, bukan mendukung kadernya. “Apalagi pengangguran saat ini sudah mencapai puluhan juta dan saya yakin didalamnya banyak kader IPNU-IPPNU,” ungkap Hasyim Muzadi. IPNU-IPPNU harus sebagai wahana pelatihan dan pengkaderan.
Ketua Umum PP IPPNU Ratu Dian Hatifah dalam sambutannya juga mengatakan bahwa walaupun Aceh saat ini sedang bergolak akan tetapi Kader-kader IPNU-IPPNU tetap bersemangat datang dari sana. “Mereka datang dengan damai, ini menunjukkan bahwa mereka tetap setia dengan NKRI” ungkapnya.
Ratu Dian mengungkapkan bahwa fokus utama kongres ini adalah pengembalian IPNU-IPPNU sebagai organisasi kepelajaran. Proses kearah ini sudah dimulai beberapa tahun lalu. Sebagai organisasi pelajar dalam kongres 2000 di Makasar umur sudah dibatasi maksimal 35 tahun mejadi maksimal 30 tahundan dari periode kepengurusan 4 tahun menjadi 3 tahun.
Sementara itu Hamzah Haz juga meminta agar program IPNU diarahkan ke depan, sebagai sebuah basis pengkaderan bangsa karena bangsa ini membutuhkan para kader yang mampu berjuang dalam segala bidang.
Pembukaan kongres yang dilaksanakan mulai 19-22 Juni ini dihadir sejumlah tokoh dan pejabat seperti Menteri Agama Said Aqil Al Munawar, Sekjen DPP PKB Saifullah Yusuf, para ulama, pengurus organisasi kepemudaan, seperti KNPI, Gubernur Imam Utomo, Pangdam Mayjen TNI AD Sikki dan Kapolda Irjen Pol Heru Susanto
Wartawan Boikot
Sementara acara tengah berlangsung, Insiden kecil sempat terjadi di tengah arena kongres, wartawan dari berbagai media massa (cetak dan elektronik) melakukan boikot karena dilarang masuk oleh panitia dan aparat keamanan. Kejadian ini diawali saat kehadiran Wapres Hamzah Haz memasuki Aula Zaitun, Asrama Haji Sukolilo Surabaya, yang jadi tempat pembukaan kongres. Pemboikotan dilakukan karena para wartawan merasa sudah memiliki ID card, baik dari panitia maupun dari Pemprov Jawa Timur. Aksi boikot ini sebagai bentuk pernyataan protes atas tindakan panitia yang menghambat pelaksanaan tugas wartawan.
Kemudian, secara spontan para wartawan langsung mengumpulkan alat kerja berupa kamera televisi, kamera foto, dan tape recorder di depan pintu acara sebagai simbol boikot. ID card dari panitia juga dikumpulkan semua, bahkan ada wartawan yang berniat membuang ke tong sampah.
Setelah mengambil alat-alat kerjanya kemudian wartawan langsung pergi meninggalkan lokasi acara. Praktis acara hanya diliput sebagian kecil wartawan yang kebetulan sudah datang sejak pagi dan bisa masuk ke Aula Zaitun.
Sementara dihu
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
5
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
6
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
Terkini
Lihat Semua