Warta

Integritas Guru Pesantren Membanggakan

NU Online  ·  Senin, 23 Agustus 2004 | 21:31 WIB

Banjarmasin, NU Online
Rombongan wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Kalimantan Selatan, mengaku terkejut melihat satu kelas pondok pesantren (Pontren) diisi 60 sampai 70 santri, sementara pengajarnya tidak digaji, kecuali memperoleh honor ala kadarnya.

"Kami haru melihat pengabdian guru-guru di sini, mereka memiliki semangat luar biasa meskipun hanya diberi honor ala kadarnya. Ini modal besar untuk mengembangkan ajaran Islam," kata H.Nasirudin Bin Husin dan H.Hafisudin Bin Ismail, yang mengunjungi Pontren Darussalam Martapura, Kabupaten Banjar, bersama 22 orang rekannya dari Selangor, Malaysia, Senin sore.

<>

Pada jamuan Senin malam di Banjarmasin, disebutkan sebanyak 24 wisatawan dari kalangan guru agama yang tergabung dalam Koperasi Guru Ugama (agama-red) Selangor, Malaysia, melakukan kunjungan lima hari-empat malam ke Kalimantan dan Surabaya, Jawa Timur.

Kunjungan wisata religius ke Kalsel itu merupakan yang pertama, sedangkan sebelumnya program wisata bagi guru-guru agama Selangor lebih banyak menjelajahi obyek-obyek wisata religius di Pulau Jawa hingga ke Bali.

Nasirudin tidak mengira kalau para guru Pontren itu tetap bersemangat mengajar meskipun memperoleh imbalan ala kadarnya. "Di negeri kami tidak bisa seperti itu, satu jam minta dihargai puluhan ringgit. Disini mengharap imbalan dari Allah..., nabung untuk akherat," ucapnya.

Hafisudin yang mengaku leluhurnya berasal dari Kalua, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel, juga heran melihat kondisi kegiatan belajar-mengajar di Pontren Darussalam yang bisa berlangsung dengan baik meskipun satu kelas diisi sampai 70 santri.

"Santrinya sampai berdesakan, ini berbeda dengan di negeri kami, satu kelas maksimal 40 orang. Para santri yang bertapih (menggunakan sarung) dan berpeci, memiliki rasa hormat yang besar kepada gurunya," ujarnya.

Di Banjarmasin, rombongan wisatawan negeri jiran Malaysia itu diantaranya mengunjungi Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Makam Sultan Suriansyah dan menyempatkan diri ke Pasar Terapung Kuin di Sungai Barito.

Kemudian ke Pondok Pesantren Mursyidul Amin di Gambut, Kab.Banjar, diterima langsung oleh K.H.Achmad Bakrie atau biasa disapa Guru Bakrie, kemudian ke makam Syech Muhammad Arsyad Al Banjari di Kelampaian, Dalam pagar, Pontren Darussalam dan wisata belanja batu permata di Martapura.

Rombongan wisatawan yang diberangkatkan Travel Service SDN.BHD, Group Sri Com, Kuala Lumpur, Malaysia itu, mengaku sangat terkesan dengan apa yang dilihat dan di dengar selama di Kalsel.

Paling tidak mereka bisa sedikit mengobati rasa penasaran atas kebesaran syiar Islam di wilayah yang dikenal agamis ini, disamping mengetahui kondisi pendidikan keagamaan dewasa ini.

"Kami sangat terkesan dengan kunjungan ini, semuanya sangat menarik perhatian kami, masyarakat menyambut dengan ramah. Kami akan ajak teman-teman di Selangor untuk berkunjung ke Banjarmasin," ujar Hafisudin.

Sementara Aimran Kayon, Asisten Sales Manajer Sri Com, yang leluhurnya berasal dari Tulung Agung, Jawa Timur, membenarkan bahwa rombongan yang dibawanya sangat gembira dan menyatakan tertarik untuk kembali ke Banjarmasin mengajak guru-guru agama lainnya.

"Ini kunjungan yang pertama dan ternyata tidak ada yang mengecewakan, semuanya sangat menarik perhatian, sesuai dengan apa yang diharapkan. Kami akan promosikan di Malaysia," ucapnya.

Jono Purwadi, pimpinan Borneo Indo Tours Banjarmasin, yang  menjadi pemandu selama di Kalsel, menyatakan tidak menyangka kunjungan wisatawan Malaysia yang pertama dalam jumlah besar itu tertarik melihat-lihat pondok pesantren dan wisata religius yang belum terkenal seperti ziarah Wali Songo di Pulau Jawa.

"Ini salah satu kekayaan kita yang selama ini belum terjamah untuk dipromosikan sebagai obyek wisata ke mancanegara. Kita perlu segera membenahi obyek-obyek wisata religius dan Pontren dengan mempertahankan keasliannya, agar bisa lebih mengesankan turis," ujarnya.(mkf/an)